Thursday, March 7, 2013

[Review] Konsep ke-Nabian

         08 - 03 - 2013
         00 : 12 PM




         Halo. Menyedihkan sekali sepertinya, sudah lama sekali mungkin sudah seminggu ya saya tidak menulis postingan yang baru. Sebenarnya sudah lama sekali saya ingin menulis postingan yang baru, tapi saya lupa ayat Al-Qur'an yang ingin saya sampaikan sebagai dalil dipostingan ini. Saya pernah membacanya, tapi saya lupa tepatnya seperti apa kata-katanya dan ayatnya, saya sudah cari-cari di google tapi tidak ketemu-ketemu mungkin karena keywordnya yang tidak match. Jadi ya sudahlah, mungkin nanti para pembaca yang tahu yang akan memberitahukannya kepada saya melalui kolom komentar. Ok, baiklah kali ini saya akan mencoba menulis kembali. Kali ini tentang sebuah konsep ke-Nabian.
         Baik, mari kita bahas dari awal kedatangan para Nabi. Sejak dahulu kala, datangnya Nabi bisa di bilang tidak pernah begitu mulus, yang dalam artian yakni tidak ada Nabi yang datang lantas tidak memiliki penentang. Setiap Nabi pasti memiliki penentang, tidak ada Nabi yang datang lantas mulus-mulus saja semua orang beriman kepadanya, tidak seperti itu. Seperti halnya, ketika nabi Musa as diutus, terdapat penentang yaitu Fir'aun. Dan begitu pula Nabi besar Muhammad saw ketika diutus, terdapat Abu Jahal, bahkan setahu saya pamannya Nabi sendiri yang mengasuh Nabi sejak kecil pun tidak mengakui Nabi Muhammad saw sebagai utusan Allah swt. Lantas sekarang pertanyaannya adalah, pantaskah kita menjadikan adanya penentang-penentang itu sebagai tanda ketidak-benaran sebuah ke-Nabian? Mari kita lihat kenyataannya sekarang, banyak yang mengatakan tentang Hazrat Mirza Ghulam Ahmad as sebagai seorang yang sesat. Ulama-ulama timur tengah juga telah mengadakan pertemuan dan menghasilkan keputusan yang mengatakan bahwa beliau adalah seorang yang sesat. Bahkan negerinya sendiri, India, pun telah menolak dirinya. Lantas patutkah kita menyimpulkan kesesatan atau ketidak-benaran dari hal-hal semacam itu? Bukankah para Nabi-nabi dahulu pun juga seperti itu, terusir dari tempatnya, dan juga ditentang oleh para pemuka-pemuka agama atau ahli Kitab pada saat itu?
         Patutnya kita tidak menjadikan hal-hal seperti itu sebagai patokan atas sebuah ketidak-benaran dari ke-Nabian. Di dalam Al-Qur'an Allah swt mengatakan, seperti yang saya bilang di awal. Saya lupa ayatnya dan kalimat tepatnya seperti apa, kurang lebih seperti ini, mohon di koreksi jika salah. 'Barang siapa yang mengaku-ngaku datang dari Ku, maka Aku sendiri yang akan mencekik lehernya'. Pada firman Allah swt ini kiranya jelas, barang siapa yang mengaku-ngaku datang dari Allah atau mengaku-ngaku Nabi dsb. Maka orang itu akan binasa atau kemurkaan baik didunia maupun di akhirat, orang itu tidak akan berhasil mengembangkan ajaran dan sebagainya. Sekarang mari kita lihat kenyataan yang ada di sekitar kita. Tidak usah jauh-jauh deh melihat orang-orang yang mengaku Nabi diluar negeri, kita lihat saja orang-orang yang mengaku Nabi di negeri kita sendiri, Indonesia. Kita lihat sendiri kesudahan orang-orang itu seperti apa sekarang? Belum sampai ulama-ulama luar Indonesia memutuskan dakwaan kepada orang itu, atau bahkan mungkin belum sampai kedengaran sepak terjangnya sampai keluar Indonesia. Hanya baru negara Indonesia saja yang menentang, orang itu sudah tidak dapat berkutik. Sudah tidak memiliki daya upaya apa-apa lagi untuk mengembangkan ajarannya, bahkan orang itu bisa di bilang sudah di hinakan di dunia ini, dengan di masukkan penjara dan sebagainya.
         Lantas sekarang mari kita lihat pendiri Ahmadiyya, Hazrat Mirza Ghulam Ahmad as. Persatuan ulama-ulama di timur tengah menentangnya, bahkan negaranya sendiri pun menentangnya kala itu. Tetapi bagaimana keadaannya saat itu, apakah beliau termasuk orang-orang yang terhinakan saat itu? Bahkan bisa di bilang saat ini hampir seluruh dunia menentangnya. Tetapi bagaimana kesudahan ajarannya sampai saat ini ketika beliau sudah tidak ada lagi di dunia ini? Bahkan kenyataannya sampai saat ini jema'atnya pun masih tetap bertambah, dan ajarannya pun masih tetap hidup, terus dan terus. Tidak terputus hanya sampai saat beliau masih hidup. Bahkan Ahmadiyya sekarang sudah menerjemahkan Al-Qur'an ke dalam berbagai bahasa, dan Ahmadiyya memiliki masjid-masjid dan jema'at yang tersebar di seluruh dunia. Dan juga, memiliki stasiun TV sendiri yang tayang 24 jam TANPA IKLAN keseluruh penjuru dunia dan dalam berbagai bahasa juga, Subhaanallah. Anda dapat menontonya secara live di website ini : http://www.alislam.org/mta/ . Acara atau siaran atau program yang dalam bahasa Indonesia tayang jam 5 sore waktu Indonesia Barat. Silahkan bagi anda yang tertarik sedikit untuk mengenal Ahmadiyya, dapat menonton siarannya pada jam 5 sore waktu Indonesia Barat setiap harinya.
         Karena itu, marilah kita bersama-sama. Mengkaji dan mencari tahu, seperti apa sebenarnya ajaran Ahmadiyya itu? Siapa sebenarnya Hazrat Mirza Ghulam Ahmad as dan seperti apa ajaran yang dibawakan beliau? Ada baiknya kita mencari tahu sendiri, tidak lantas kita hanya mengikuti tafsir-tafsir maupun opini-opini orang kebanyakan yang kebanyakan hanya sebuah persangkaan-persangkaan belaka. Sepatutnya kita merasa takut, karena Allah swt memerintahkan kita untuk beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Jangan lantas kita merasa sudah cukup untuk beriman seperti sekarang ini, tidak beriman kepada yang lain pun tidak masalah. Jangan, jangan merasa seperti itu, jika seperti itu kita tidak ada bedanya dengan orang Yahudi kebanyakan yang hanya beriman kepada sebagian, dan kafir kepada sebagian lainnya.
         Ok, cukup sekian dari saya. Semoga bermanfaat, aamiin.

0 comments:

Post a Comment

 
Free Website TemplatesFreethemes4all.comFree CSS TemplatesFree Joomla TemplatesFree Blogger TemplatesFree Wordpress ThemesFree Wordpress Themes TemplatesFree CSS Templates dreamweaverSEO Design