Sunday, February 24, 2013

[Review] Pembuka Atap Mobil Dengan Penonaktif Password Saklar

         24 - 02 - 2013
         08 : 15 PM




         Yah, sudah lama sekali sepertinya saya tidak menulis postingan baru di blog ini. Mungkin karena tidak begitu ada hal yang menarik belakangan ini untuk di bahas. Saya ingin bahas sedikit tentang postingan saya sebelumnya yang tentang tulisan seseorang bernama Arief Maulany yang berjudul "Seberapa Gilakah Ahmadiyyah". Sebenarnya saya ketika pertama menemukan tulisan itu saya sudah mengirim pesan ke beliau tentang bagaimana kelanjutan dari penyelidikan atau penulisannya itu. Tetapi beliau tidak mereplynya sampai saat ini. Entah apakah beliau tidak membaca pesan saya, atau karena hal yang lain yang membuat beliau tidak ingin mereply soal itu. Yang pasti semenjak saya mengirim pesan itu sampai sekarang, beliau masih aktif memposting di fanpagenya di Facebook tersebut, yang itu berarti beliau masih aktif menggunakan account Facebooknya. Tapi ya sudahlah kita berpikir saja yang baik-baik kepada beliau.
         Ok kali ini saya akan memposting tentang sebuah rangkaian Penulisan Ilmiah teman saya bernama Agas, yang saya pernah buat juga programnya. Ok langsung saja ya, rangkaiannya seperti ini :

----



         
----

         Alat ini berjudul, "Pembuka Atap Mobil Dengan Penonaktif Password Saklar". Alat ini memiliki input yang terdiri dari Switch sebagai inputan password dan saklar pemberhenti Motor, LDR sebagai sensor inputan pembaca cahaya, lalu sensor air sebagai sensor inputan pembaca air. Dan alat ini memiliki pemroses yang terdiri dari : IC Mikrokontroller AT89S51 sebagai pemroses input/outputnya, LM339 sebagai comparator, L293D sebagai Driver Motor. Dan yang terakhir alat ini memiliki output yang terdiri dari Perputaran Motor DC sebagai pembuka/penutup atap, dan nyala LED sebagai indikator password.
         Ok, jadi sekarang cara kerja alat. Kurang lebih seingat saya seperti ini cara kerjanya, mohon dikoreksi ya jika ada yang salah, karena saya sendiri juga sudah lupa seperti apa cara kerjanya. Saya tidak meminta kepada teman saya makalah lengkapnya maupun penjelasan cara kerjanya, saya hanya minta copyan gambar rangkaian dan programnya saja, sisanya saya hanya menganalisa cara kerja alatnya dari listing program yang pernah saya buat sendiri. Jadi yah mohon dikoreksi jika ada yang salah. Cara kerja alat ini adalah akan menutup atap (anggap Motor DC berputar CW) jika keadaan hujan (sensor air aktif). Lalu jika sensor air tidak aktif, ia akan membaca kondisi dari LDR. Jika LDR terkena cahaya (siang hari), maka atap akan terbuka. Tetapi jika LDR tidak begitu terkena cahaya (keadaan malam), maka atap akan tertutup. Lalu alat ini juga memiliki sebuah Switch manual yang berfungsi untuk membuka maupun menutup atap. Yaitu pada port P3.6 untuk membuka, p3.7 untuk menutup. Jadi alat ini dapat bekerja secara otomatis berdasarkan sensor maupun secara manual. Lalu pada alat ini juga terdapat password untuk menonaktifkan alat ini, dalam artian alat ini tidak akan berfungsi sensor maupun manualnya. Passwordnya yaitu ketika switch pada port p3.2 dan p3.4 di aktifkan. Jadi ketika dua switch itu ditekan, maka alat ini akan mati, dalam artian tidak berfungsi baik secara otomatis maupun secara manual. Yah, kurang lebih seperti itulah cara kerja alat ini berdasarkan analisa dan seingat saya. Baiklah pada akhir postingan ini saya akan membagikan listing programnya. Semoga bermanfaat :)

----

$mod51
org 00h
mov p0,#0feh
mov p1,#000h
mov p2,#000h
mov p3,#000h
start :
jnb p0.2,tutup
jb p0.0,buka
jnb p0.0,tutup
sjmp start

mati :
mov a,p3
cjne a,#014h,start
sjmp mati

tutup :
jb p0.0,tutup2
mov p1,#020h
jb p2.7,berhenti
mov a,p3
cjne a,#014h,tutup
mov p1,#000h
sjmp mati

buka :
mov p1,#010h
jb p2.6,berhenti2
mov a,p3
cjne a,#014h,buka
mov p1,#000h
sjmp mati

berhenti :
mov p1,#000h
jb p3.7,berhenti
jb p3.6,buka
jb p0.0,start
mov a,p3
cjne a,#014h,berhenti
mov p1,#000h
sjmp mati

berhenti2 :
mov p1,#000h
jb p3.6,berhenti2
jb p3.7,tutup
jnb p0.2,start
jnb p0.0,start
mov a,p3
cjne a,#014h,berhenti2
mov p1,#000h
sjmp mati

tutup2 :
mov p1,#020h
jb p2.7,berhenti3
mov a,p3
cjne a,#014h,tutup2
mov p1,#000h
sjmp mati

berhenti3 :
mov p1,#000h
jb p3.7,berhenti3
jb p0.2,start
mov a,p3
cjne a,#014h,berhenti3
mov p1,#000h
sjmp mati

end

----

Monday, February 18, 2013

[Review] Kekerasan dan Pelanggaran Hak Asasi Manusia

         19 - 02 - 2013
         06 : 58 AM





         Berbagai macam tindak kekerasan ataupun pelanggaran-pelaggaran hak asasi manusia dalam hal kebebasan beragama sudah banyak terjadi di negara kita tercinta, negara Indonesia. Dan yang menjadi pelaku tindakan tersebut tidak jauh dan tidak bukan adalah dari orang-orang yang mengatasnamakan Islam. Sekarang marilah kita sebagai umat muslim merenung, flash back kembali ke zaman junjungan kita sebagai umat muslim, nabi Muhammad SAW. Ada sebuah kisah, pada zaman itu, terdapat seseorang bernama Musailamah. Ia mengaku sebagai nabi dan berbagi sama dalam hal kenabian bersama nabi Muhammad SAW. Ia mengaku Islam tetapi menghapuskan perintah shalat dan membebaskan untuk seks bebas dan minum alkohol. Bahkan ia juga sempat membuat ayat sebagai tandingan ayat suci Al-Qur'an. Terlepas dari cerita itu, pada zaman nabi Muhammad SAW pun banyak orang yang menghasut ataupun mengatakan sesuatu hal yang tidak benar kepada nabi Muhammad SAW, mengatakan nabi Muhhammad SAW adalah orang yang gila, orang yang mengolok-olok agama nenek moyang mereka, dsb.

         Referensi :

http://id.wikipedia.org/wiki/Musailamah_al-Kazzab

http://sejarah.kompasiana.com/2010/08/14/kisah-abu-jahal-abu-lahab-dan-musailamah-al-kadzab-226312.html

http://supriyadiwb.wordpress.com/tag/musailamah/


         Sekarang, marilah kita kembali ke masa sekarang, melihat apa yang sedang terjadi masa sekarang. Hanya karena perbedaan pendapat, orang-orang yang mengatasnamakan Islam melakukan tindak kekerasan terhadap sesama umat beragama. Mengatakan bahwa jema'at itu melakukan kristenisasi, jema'at itu melakukan penistaan agama, dsb. Pengrusakan rumah-rumah ibadah terjadi bersamaan dengan teriakan 'Allahu Akbar'. Rumah-rumah ibadah di segel, pelarangan untuk melakukan ibadah terhadap sebuah jema'at terjadi dimana-mana.
         Sekarang, mari kita flash back kembali ke zaman junjungan kita nabi Muhammad SAW. Apakah beliau bersikap demikian? Apakah ketika ada seseorang yang mengaku nabi, mengatasnamakan Islam, lantas beliau mengatakan itu adalah penistaan agama? Apakah beliau merusak tempat-tempat peribadatan mereka? Lalu, apakah ketika ada orang yang menghasut agama beliau, apakah beliau mengatakan itu adalah kristenisasi? Apakah beliau lantas menutup dan menyegel tempat-tempat ibadah mereka?
         Marilah kita merenungkan kembali, ayat-ayat suci Al-Qur'an dan hadits nabi Muhammad SAW :

----

http://www.alquran-indonesia.com/web/quran/listings/details/3/120


128. Tak ada sedikitpun campur tanganmu dalam urusan mereka itu [227] atau Allah menerima taubat mereka, atau mengazab mereka karena sesungguhnya mereka itu orang-orang yang zalim. (Ali Imran Ayat : 128)

[227] Menurut riwayat Bukhari mengenai turunnya ayat ini, karena Nabi Muhammad SAW berdo'a kepada Allah agar menyelamatkan sebagian pemuka-pemuka musyrikin dan membinasakan sebagian lainnya.

----

         Dalam ayat ini sekiranya cukup jelas, Allah pun bahkan menegur nabi Muhammad SAW. Ketika nabi Muhammad SAW berdoa kepada Allah untuk menyelamatkan sebagian dan membinasakan sebagian pemuka musyirikin yang saat itu sangat buruk sekali perlakuannya terhadap beliau. Jelas sekali sepertinya disini dikatakan, tidak ada kuasa maupun hak sedikit pun bagi kita untuk membuat mereka beriman dengan iman yang sama seperti kita. Tugas nabi maupun tugas kita sebagai umatnya hanyalah menyampaikan kebenaran. Jika mereka menolak atau enggan, ya sudah. “Bagimu agamamu, bagiku agamaku” (Surat Al-Kaafirun, ayat ke-6). Tidak lantas kita memaksakan keimanan kita kepada mereka, melakukan kekerasan terhadap mereka, merusak rumah-rumah peribadatan mereka, menyegel, mengucilkan, hanya agar mereka beriman sebagaimana kita beriman. Tindakan-tindakan seperti itu merupakan hal yang dzalim menurut saya, karena pada zaman nabi Muhammad pun masih ada dan tidak sedikit juga yang tidak beriman kepada nabi Muhammad SAW. Apa lantas saat itu beliau mengatakan 'Hayo kamu semua masuk Islam, kalau tidak saya pukuli, saya rusak tempat ibadah kamu'. Tidak kan?
         Ok kita lanjut ke ayat berikutnya :

----

http://www.alquran-indonesia.com/web/quran/listings/details/17/80


88. Katakanlah: "Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al-Qur'an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain". (Al-Israa' Ayat : 88)

----

         Dalam ayat ini cukup jelas juga, sebuah ayat yang sarat akan sebuah tantangan kepada manusia dan jin. Bahwa buatlah ayat yang seperti Al-Qur'an ini, maka kamu atas kehendak Allah pasti tidak akan sanggup membuatnya. Jadi jika ada sebuah jema'at yang dituduh memiliki kitab suci baru, ya biarkan saja, kenapa kita mesti naik darah atau repot-repot mengurusi mereka. Allah sudah mengatakan dalam ayat ini, bahwa tidak akan sanggup walaupun manusia dan jin bersatu membuat ayat seperti Al-Qur'an. Orang yang berusaha membuatnya hanya akan mendapat kehinaan di dunia dan di akhirat karena ia tidak akan sanggup membuatnya, seperti yang dikisahkan pada cerita musailamah yang membuat ayat tandingan Al-Qur'an.
         Sekarang kita lanjut lagi ke ayat berikutnya :

----

http://www.alquran-indonesia.com/web/quran/listings/details/6/100


108. Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan merekalah kembali mereka, lalu Dia memberitakan kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan. (Al-An'am Ayat : 108)

----

         Dalam ayat ini juga cukup jelas, bahwa kita di larang untuk menghina maupun memaki sembahan-sembahan ataupun keimanan yang berbeda dengan keimanan kita. Karena kelak hal tersebut dapat menimbulkan penghinaan balik terhadap keimanan kita. Dan itu bukanlah hal yang baik, karena perbuatan kita sendirilah yang menyebabkan hal tersebut. Biarlah Allah yang memutuskan perkara bagi mereka, karena kelak di akhirat kita semua akan di beritakan tentang apa yang dahulu kita kerjakan di dunia.
         
         
         Kesimpulannya dari saya, sebagai umat muslim janganlah kita bersikap memaksakan kehendak maupun main hakim sendiri, apalagi menyangkut masalah keimanan. Karena junjungan kita sebagai umat muslim nabi Muhammad SAW tidak mengajarkan maupun bersikap seperti itu. Yang saya tahu beliau mengajarkan sikap saling toleransi dan menghormati antar umat beragama. Sebagai umatnya yang baik dan patuh, janganlah kita merasa diri kita paling benar, paling lurus. Sehingga kita berhak mengambil sikap-sikap di luar dari yang di ajarkan maupun tidak dilakukan oleh junjungan kita nabi Muhammad SAW. Yang saya tahu nabi Muhammad SAW tidak akan memerangi kaum musyrikin jika mereka tidak memerangi Islam saat itu. Jadi mengapa orang-orang yang merusak rumah-rumah ibadah dan sebagainya dengan mengatasnamakan Islam itu bersikap tidak seperti junjungan kita sebagai umat muslim, nabi Muhammad SAW?
         Mari bersama-sama kita renung dan renungkan kembali. Sikap seperti itu menggambarkan bahwa dirinya merasa lebih benar dan lebih adil dibandingkan diri junjungan umat muslim nabi Muhammad SAW. Naudzubillahi mindzalik. Pada sebuah riwayat ketika saat pembagian harta rampasan perang. Ada seseorang yang merasa keberatan dan mengatakan kepada nabi Muhammad SAW, 'Berlaku adil lah engkau !'. Nabi Muhammad dengan tegas dan meninggi menjawab “Celakalah kamu, siapa lagi yang akan berbuat adil jika aku tidak berbuat adil?”. Jelas sekali dari riwayat ini, beliau lah seadil-adilnya manusia yang adil. Suri tauladan yang baik terdapat pada diri beliau. Karena itu janganlah kita mengambil tindakan maupun sikap di luar yang diajarkan oleh beliau.
         Cukup sekian dari saya, semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita semua, aamiin.

Sunday, February 17, 2013

[Review] SEBERAPA GILAKAH KAUM AHMADIYAH ITU? --- Suatu testimoni dan opini sementara.

         17 - 02 - 2013
         06 : 41 PM





         Halo, kali ini saya akan bagikan sebuah tulisan yang saya temukan dari sebuah blog, yang mana tulisan ini cukup menarik menurut saya. Di blog tersebut hanya ada tulisan ini saja, dan nama pemilik blognya pun bukan seperti yang ada pada tulisan itu, itu berarti blog itu hanya membagi saja tulisan itu. Jadi saya mulai mencari sumber aslinya tulisan itu berasal, dan akhirnya saya sampai pada penemuan fanpage penulis tulisan tersebut yang bernama Arief Maulany. Di dalam fanpage tersebut terdapat notes yang tulisannya sama persis dengan yang saya baca di blog seseorang sebelumnya, di notes-notes beliau yang lain juga saya melihat tulisan-tulisan beliau tentang pembahasan-pembahasan keagamaan. Jadi saya mulai dapat simpulkan bahwa dari sinilah sumber sebenarnya. Anda dapat melihat tulisannya yang ada di fanpage beliau di link ini :

https://www.facebook.com/notes/arief-maulany/seberapa-gilakah-kaum-ahmadiyah-itu-suatu-testimoni-dan-opini-sementara/163544190368497

         Sebenarnya saya sudah nemu agak lama tulisan ini dan ingin segera mempostingnya di blog saya, tapi karena saya baru sempat selesai membacanya dan baru dapat sumber aslinya semalam jadi ya baru sekarang saya bisa posting ini. Tulisan ini adalah sebuah laporan atau penilitian sementara dari seorang Non-Ahmadiyah yang meneliti tentang Ahmadiyah. Tulisan maupun pendapatnya sangat bagus menurut saya, tulisannya bersifat netral dan logis sesuai dengan kenyataan yang ada di negara kita tercinta ini, negara Indonesia. Hanya saja yang saya sayangkan, tidak ada kabar kelanjutan dari penyelidikannya tersebut. Padahal tulisan atau penelitian ini ditulis bulan April 2011, sudah 1 tahun lebih bahkan menjelang 2 tahun yang lalu. Sangat di sayangkan sekali menurut saya, entah karena apa tulisan ini tiba-tiba terhenti. Kelak mungkin saya juga akan berkunjung ke kampus Ahmadiyah yang terletak di Parung ini untuk melakukan penyelidikan sendiri. Ok, baiklah saya bagikan tulisan beliau di blog saya, silahkan membacanya dengan hati yang tenang. Bismillah.


----
SEORANG KAWAN yang sebenarnya hatinya baik ngajak chat, langsung nembak: "Orang Ahmadiyah itu gila ya?"... O-o-o, kujawab singkat: "Hm justru karena penasaran sebagai jurnalis-sarjana-muslim, aku yang dari Bekasi ke kampus Ahmadiyah di Parung Bogor. Jauuuh, maklum dari Pondok Gede ke Pondok Udik....Usai klarifikasi (tabayyun) Kesimpulan sementara: tampaknya orang Ahmadiyah tidak gila."....
Tapi mungkin sebenarnya memang ada sejenis kegilaan. Nah, seberapa gila kaum Ahmadiyah itu?  
Inilah kisah, laporanku, suatu testimoni dan opini sementara……

LATAR BELAKANG:

Karena aktifnya aku melakukan advokasi atas kaum Ahmadiyah di jejaring sosial Facebook, banyak orang yang menduga aku seorang penganut Ahmadiyah, atau dalam istilah teknis mereka ‘seorang Ahmadi’. Aku bukan Ahmadi, namun mengapa memberikan advokasi? Jawabnya mudah: Kulakukan advokasi karena kulihat mereka menderita kezaliman, akibat seringnya mendapat serangan verbal dan nonverbal. Kekerasan verbal-nonverbal yang belakangan mereka derita itu menurutku berpangkal pada adanya fatwa sesat dan kafir dari MUI th 1984 dan 2005. Bentuk kekerasan itu berlanjut sampai ke tahapan terbitnya SKB yang  nyata-nyata bertentangan dengan prinsip kebebasan yang sudah dijamin dalam konstitusi, UUD 1945. Sayangnya penolakan MK (Ketua: Prof Mahfud MD) atas tuntutan pembatalan atas UU PNPS juga memperkuat nunasa provokatif, karena lalu dijadikan pembenaran bagi kekuatan anti-Ahmadiyah untuk melakukan serangan-serangan berikutnya.

Fatwa MUI itu sendiri berpijak pada rekomendasi sesat dan kafirnya Ahmadiyah yang dikeluarkan Liga Islam Dunia (Rabithah al-‘Alam al-Islami) ketika mengadakan pertemuan th 1974 di Saudi Arabia. Selain itu, di dalam negeri sendiri sudah muncul pula fatwa sesat dan kafir, dikeluarkan oleh organisasi muslim, Muhammadiyah th 1934 dan NU (belum jelas tahun berapa?) Sayangnya, belakangan ini ucapan dan perilaku pejabat di jajaran pemerintahan kita yang terkait juga menunjukkan adanya ‘bias’, dan mengarah kepada langkah lebih gawat-fatal: pembubaran Ahmadiyah, yang justru menunjukkan kedangkalan visi kenegarawanan dan visi kemanusiaan, bahkan visi keagamaan.

Sambil memberikan advokasi semampuku dari sudut nilai-nilai akhlaqul-karimah dalam al-Qur’an dan as-Sunnah terkait perbedaan paham, dan sudut pandang HAM, dan terdorong anjuran untuk amr ma’ruf nahy munkar, menolong yang zalim agar tidak zalim, menolong yang dizalimi agar mendapat perlakuan lebih baik, maka kulakukan 2 (dua) langkah:

1) Kubaca lagi sejumlah buku yang kumiliki dan
2) Kuniyatkan : pada suatu saat aku harus menemui mereka melakukan konfirmasi atas beberapa hal.

Bagiku, yang kulakukan ini bukan semata-mata untuk memenuhi hasrat kepenasaranku saja, tetapi memenuhi sikap jurnalistikku, sikap kesarjanaanku, dan sikap kemuslimanku, agar dapat bersaksi dengan adil, sesuai kemampuanku.

BACA SEJUMLAH LITERATUR:

Secara teologis kasus Ahmadiyah memang menarik. Tentang Ahmadiyah ini saya cuma punya beberapa literatur, al.: 'Ahmadiyah dan Pembajakan al-Qur’an' (M. Amin Djamaluddin, LPPI, 1992), 'Menusuk Ahmadiyah' (Wawan H. Purwanto, CMP Press, 2008), 'Mengapa Saya Keluar dari Ahmadiyah' (Ahmad Hariadi, 2008), 'M irza Ghulam Ahmad dari Qadian' '(Ian Adamson, Pustaka Marwa, 2010) juga beberapa karya orang Ahmadiyah juga, al. : 'Perlukah al-Qur’an Diturunkan' (H. Mirza Bashiruddin Ahmad, Yayasan Wisma Damai, 1992), 'Kristianologi Qur’an' (KH Simon Ali Yasir, Darul Kutubil Islamiyah, 2005). Ada juga, Ensiklopedia Islam, terbitan CV Toko Buku Ichtiar Van Hoeve, Jakarta, 1979, di sana terdapat entri : Ahmad, Mirza Ghulam. Selebihnya saya baca di perpustakaan.

Tuduhan berat yang dilontarkan ke alamat Ahmadiyah adalah ‘sesat’, ‘kafir’ dan ‘bukan Islam’. Dua tuduhan pertama, tidaklah mengherankan, karena klaim kaum Ahmadiyah memang tampak, terasakan oleh kaum Sunni kita sebagai klaim yang ‘keluar’ dari jalur yang umum mereka pahami. Tetapi tuduhan ketiga: ‘bukan Islam’, menurutku justru aneh. Kalau kita baca buku ‘Perlukah al-Qur’an Diturunkan’  (H. Mirza Bashiruddin Ahmad, Yayasan Wisma Damai, 1992), terasalah tuduhan itu aneh, karena tulisan dalam buku itu kental dengan semangat keislaman. Kedua, setiap kali ada serangan ditujukan kepada properti fisik kaum Ahmadiyah seperti madrasah/sekolah, masjid yang nyata dilengkapi kaligrafi kalimah tahlil atau syahadatain, tampak juga al-Qur’an yang berbahasa Arab yang semuanya itu menunjukkan identitas keislaman, yang jelas terekspos dalam setiap pemberitaan dengan gambar visual. Maka bagaimana mungkin muncul tuduhan dari kalangan pembenci di masyarakat dan kalangan pejabat negara bahwa kaum Ahmadiyah itu berada di luar Islam, ‘bukan Islam’, sampai muncul tuntutan untuk tidak menggunakan atribut keislaman, atau agar menyetakan diri agama baru.  Aneh, dan sekilas tampak tuntutan itu mencerminkan kebodohan.

KUNJUNGAN KE KAMPUS AHMADIYAH

 Usaha membuka peluang untuk mengunjungi kaum Ahmadiyah kulakukan melalui kontak kawan-kawan Facebook kalangan Ahmadiyah, namun entah mengapa tidak berbuah. Namun, ketika akan ada pertemuan diskusi di UIN yang diselenggarakan oleh Forum Mahasiswa Semarang di Jakarta, hari Rabu 30 Maret 2011, bung Dildaar Ahmad Dartono aktivis Facebook yang adalah Ahmadi menawarkan undangan untuk hadir. Maka kusambut tawaran itu. Sayangnya, undangan yang ia kirimkan melalui email selalu gagal, entah mengapa. Namun hikmah positifnya adalah aku putuskan menjemput undangan itu: Selasa, 29 Maret 2011 berkunjung ke Kampus Ahmadiyah di Pondok Udik, Kemang, Parung, Bogor.

Kantor Desa Pondok Udik ternyata ada di tepian jalan. Setiba di depannya, mengingat situasi-kondisi yang dialami kaum Ahmadiyah, lantas kupikir tidak langsung begitu saja bertanya-tanya tentang kampus Ahmadiyah kepada orang-orang di sekitar situ. Lagi pula perjalanan jauh tanpa makan dulu membuat badan lelah dan lapar. Bagusnya di depan kantor desa ada warung asinan dan minuman kelapa muda. Maka aku masuk pesan asinan sayur dan buah, dan kelapa muda sebutir. Asinan itu ternyata segar dan enak sekali. Kelapa muda juga sungguh segar alamiah. Bagusnya pula sang penjual suami istri dan anaknya cukup menjadi informan yang ramah. Bang Bisan tinggal di Jl. Empang, Kemang, Parung itu juga. Jalan ke rumahnya terletak di depan kantor desa. Dia sekeluarga sudah bisnis warung itu selama 7 tahun, waktu yang cukup panjang. Dan tentu saja, dia mengalami kasus penyerangan terhadap kampus Ahmadiyah th 2005 lalu. “Oh kalau mau masuk ke kampus bapak jalan kaki saja, menyeberang masuk jalan sebelah sana…” Dia unjukkan dan aku langsung paham. “Kalau dulu sih pas di seberang depan warung saya ini keadaannya terbuka. Dulunya gerbang besar, tiap orang dapat bebas masuk dari situ…” “Ooh bang Bisan menyaksikan kejadian serangan itu…bagaimana ?” “Oh mengerikan…kok orang-orang sampai begitu buas-beringas….”  Hm takperlu kutanya apakah dia sekeluarga penganut Ahmadiyah...

Menjelang habis makanan dan minuman itu, lantas kutelepon bung Dildaar. Kuberitahu posisiku di warung. Lantas dia berbaik hati menjemput. Ternyata dia berjalan kaki. "Assalamu'alaykum...". "Wa'alaykumussalam..". Kami bersalaman, lalu bareng berjalan ke arah kampus melalui jalan samping yang ternyata cukup lebar, sekitar 4-5 meter dan teraspal baik. Dia tunjukkan posisi kampus di mana. Secara keseluruhan tampak kampus tertutup pagar tinggi dan ditumbuhi pohon dan semak-semak hijau segar. Terasa sepi. “Sepi ya….” “Ya kami sedang masa liburan, anak-anak tidak ada di kampus…”   Hm kulayangkan pandangan ke kampus dan sekelilingnya. Posisinya bagus, di tengah daerah yang belum begitu terbuka, penuh pepohonan hijau, terasa susasana sejuk-segar. Suasana alam yang demikian, kiranya mendukung proses belaja-mengajar di kampus itu. “Kenapa gerbang besar di depan, ditutup?”  “Ya tadinya terbuaka bebas… maklumlah setelah kejadian serangan itu, kami tutup saja agar-supaya orang-orang tidak dapat sembarangan masuk. Lagi pula dalam posisi sekarang, ya agar kami merasa aman”.  Aku pun mengangguk. Di belakang ada gerbang masuk seukuran 3-4 meter ditutup pintu setinggi 2 meteran, dan ada pos jaga kecil. “Maaf pak mesti unjuk KTP atau apa, untuk didaftar sebagai tamu…” kata bung Dildaar lembut ”Oh begitu ya…oke.”

Ya aku bisa memaklumi. Apabila suatu komunitas mengalami serangan massal seperti mereka, tentu akibatnya akan lahir sikap waspada terhadap setiap orang ‘asing’ dari luar komunitas itu. Dildaar lalu membawaku masuk. Ooh kampus ini besar. “Ada sekitar 2 hektar”, katanya. Di depan ada lapangan sepak bola. Di arah kanan ada bangunan, agaknya tempat tinggal para petugas kampus. Di ujung lapangan ada bangunan besar. Itu rupanya masjid dan ruang kantor dan ruang belajar, digabung menjadi bangunan dua tingkat. "Tidak kelihatan sebagai masjid ya..."  "Oh tadinya mau pasang kubah dan menara...tapi ada desakan agar kami tidak pasang itu...."  "Oh tidak apa, itu bukan bagian penting masjid...."  Kukatakan demikian, karena teringat kasus polemik di Prancis mengenai larangan membangun gedung dengan menara yang dimaksudkan sebagai penanda bangunan Islam. Sejak itu kuperiksa tulisan mengenai menara dan kubah. Ternyata itu memang bagian arsitektur yang ditambahkan belakangan. Menara lebih dahulu ditambahkan, ketika menbangun masjid di Basra th 665, pada masa Khalifah Bani Umayyah: Muawiyah-I. Konon motifnya: untuk menyaingi menara lonceng gereja. Artinya, menara justru lebih dahulu merupakan budaya Kristiani. Kubah baru ditambahkan sebagai bagian masjid pada abad-XV, masa Kesultanan Utsmaniyah, mengadopsi bagian arsitektur di Anatolia. Ini merupakan pengaruh budaya Bizantium. Ada juga keterangan bahwa kubah berasal dari Iran zaman pra-Islam. Desakan agar kaum Ahmadiyah tidak menggunakan kubah dan menara juga menunjukkan bagaimana masyarakat kita beragama cenderung formalistik.

  Di Ujung barat ada bangunan rendah, menyatu ke gedung itu, ruangan kamar mandi dan ruang wudhu yang memanjang sampai bertemu dengan bangunan tempat tinggal petugas kampus itu. Bung Dildaar membawaku ke lobi memanjang sekitar 60-an m dan lebar 20-an m. Di kedua ujung ada pintu besar untuk masuk. Ternyata yang kiri untuk perempuan dan yang kanan untuk kaum lelaki, tetapi tanpa penyekat ruang pembeda lelaki-perempuan itu. “Lelaki-perempuan tidak berjabatan tangan?” “Tidak. Tapi berinteraksi biasa saja”. Aku teringat kondisi serupa di kalangan pesantren Persis di jl Pejagalan Bandung.  Dan teringat juga masa bersekolah agama di Madrasah Muslimin afiliasi ke NU, di sana malah laki-perempuan bersalaman, bersinggungan tidak masalah. Hanya saja kalangan NU menganggap persinggungan kulit lelaki-perempuan itu membatalkan wudhu, tapi orang Persis tidak, juga Muhammadiyah. Berarti dalam hal itu, kaum Ahmadiyah dekat ke Persis dan Muhammadiyah. Kita tahu perkara ini pernah menjadi berita besar ketika Menkominfo Tifatul Sembiring bersalaman dengan Michele Obama, yang menjadi berita utama di media masa nasional, bahan jadi bahan lelucon di media televisi AS..

Aku minta izin mau solat Asar dulu. Bung Dildar menunjukkan ruang wudhu itu. Aku masuk, ternyata bersih, tertata rapih. Airnya sejuk, meresap ke kulit ke otot, membuat rasa segar ke badan dan ke batin. Lalu, aku naik ke ruang solat di atas, masjid. Ruangan hening, karena para santri/siswa sedang liburan pulang kampong. Meskipun gedungnya permanen dengan lantai beton yang luas, sekitar panjang 100-an m dan lebar 60-an m, interior masjid amat sederhana. Kuambil beberapa foto dengan kameraku. Di depan tampak kaligrafi ‘Laa ilaaha illallaah, Muhammadur-Rasuulullaah’, ‘Tiada Tuhan selain Allah, Muhammad Utusan Allah’. Lha kaligrafi semacam inilah yang kita sering lihat ketika ada pemberitaan di televisi tentang masjid atau madrasah mereka mendapat serangan kelompok anti-Ahmadiyah. Padahal para penyerang yang buas-beringas itu menyerang sambil meneriakkan ‘Allahu Akbar’. Aneh sekali, apakah kelompok penyerang buta ajaran yang melarang menyerang kelompok yang sama-sama meyakini ‘Laa ilaaha illallaah, Muhammadur-Rasuulullaah’, ‘Tiada Tuhan selain Allah, Muhammad Utusan Allah’. Ada hadis yang diriwayatkan Imam Bukhari dan Imam Muslim memuat pesan Kanjeng Nabi yang menyebutkan bahwa pengecaman-penghinaan kepada sesama keyakinan demikian itu fasik dan menyebabkan kematiannya adalah perbuatan kafir. Kalaupun penyerangan didasarkan prasangka adanya kesesatan di pihak Ahmadiyah, maka itupun jelas-jelas fasik, karena seharusnya prasangka diklarifikasikan (tabayyun). Apakah mereka buta juga masalah it?  Hmm. Tetapi kita tahu, meskipun mengalami serangan yang kasar demikian, kaum Ahmadiyah tidaklah menunjukkan sikap defensif yang membabi-buta juga. Gila. Mengapa demikian.

Masjid an-Nashr (Pertolongan). Tidak ada gambar Mirza Ghulam Ahmad, bahkan tidak ada kaligrafi namanya di dinding manapun di ruang masjid itu. Ini berbeda dari yang mungkin disangkakan orang. Aku ingat ketika masuk masjid kaum Syi’ah di Singapura. Di dalam ruangan terpampang kaligrafi lima tokoh idola mereka satu paket: Muhammad-Ali-Fathimah-Hasan-Husein, terpampang dalam tulisan Arab mengambil pola lingkaran. Di sini tidak ada kaligrafi Mirza Ghulam Ahmad.

Karena kosong, 'bismillah...' aku langsung saja solat di atas sajadah imam di sisi mimbar. Tahiyatul-masjid dulu, lalu solat Asar. Lalu dzikir. Kemudian berdiri melongok ke dalam mimbar. Kulihat ada dua kitab: al-Qur’an terbitan Yayasan Wisma Damai. Kubuka sekilas, isinya seperti yang kita kenal saja. Lalu, ada kitab Riyadlush-Shalihin, jilid II, penyusunnya Imam Nawawi. Usai solat, kulihat bung Dildaar ada di pintu. Dia sekali lagi memperlihatkan al-Qur’an tadi dan kitab hadis itu. Aku minta kepadanya alamat di mana bisa beli al-Qur’an terbitan Yayasan Wisma Damai itu. Untuk kubaca selanjutnya. Dia berjanji memberitahu, atau mengusahakan aku memperolehnya.

Keluar dari masjid An-Nashr itu, aku menuruni tangga. Di ujung bawah pojok terdapat papan komunikasi dengan beberapa kertas edaran yang ditempelkan. Terdapat di situ Daftar Khatib Jum'at, Daftar Imam Tahajjud. Melihat daftar-daftar itu kok teringat kasus Bupati Kuningan mengunjungi masjid Ahmadiyah di sana. Menurut berita koran, tentu saja kunjungan itu disambut oleh pengurus masjid, yang mengatakan "Ini kunjungan pertama pejabat ke mmasjid kami". Sayangnya, para tamu berusaha untuk tampil menjadi imam solat, yang tentu saja ditolak. Kupikir memang itu buruk. Bukan saja rombongan para tamu itu pertama kali datang, juga sudah ada daftar imam solat. Lagi pula dalam ajaran etika solat juga, cara demikian tidaklah diperkenankan karena diutamakan tuan rumah yang diterima jamaah masjid. Celakanya, rombongan tamu lalu bikin solat dengan jamaah baru, sehingga muncul berita 'solat dua imam'...Padahal apabila ada jamaah solat, dilarang bikin jamaah baru, kecuali harus bergabung. Bagaimana pula ini?

KULIHAT BUKU ‘TADHKIRAH’ YANG MENGHEBOHKAN ITU

Kami lalu turun. Lalu, kuminta izin masuk perpustakaan. Kami masuk. Di situlah bung Dildaar memperlihatkan buku yang menghebohkan, ‘Tadhkirah’. Buku ini tertulis dalam bhs Inggris. Penulisannya ‘Tadhkirah’ (dengan ‘dh’), bukan ‘Tadzkirah’ (dengan ‘dz’). “Ini buku semacam catatan harian Mirza Ghulam Ahmad, bukan kitab suci, apalagi pengganti al-Qur’an”. Bung Dildaar mengunjukkan beberapa kalimat. Aku mengangguk. Jadi rupanya sumber kesalahpahaman terletak di penafsiran atas kalimat-kalimat itu. “Karena isinya juga catatan pengalaman spiritual beliau, orang juga boleh percaya boleh tidak”. Aku mengangguk, lalu kutimpali. “Ya paham. Artinya juga, kalau toh isinya ini dusta, Mirza Ghulam Ahmad pula yang akan kena azab Allah, apalagi bila kedustaan itu diikuti orang-orang lain pengikutnya.”  Kuambil foto beberapa halaman ‘Tadhkirah’ itu. Gila, mengapa pula sampai timbul kehebohan seolah-olah kaum Ahmadiyah membikin kitab suci sendiri.

TIGA POLA SIKAP FUTURISME:

Dalam hati timbul pertanyaan. Kalau berdasarkan bukunya semacam ini, lantas siapa dulu th 1974 yang menyimpulkan kaum Ahmadiyah ‘sesat’ dan ‘kafir’ dalam sidang Liga Islam Dunia itu. Besar kemungkinan semuanya kaum Sunni. Karena rasanya tidak mungkin kaum Syi'ah karena pola nalarnya sebenarnya ada keserupaan dengan kaum Syi’ah. Bedanya kaum Syi’ah member label idola mereka itu Imam, dan rekrutmennya terbatas kepada Ahlul-Bayt dan keturunannya, kaum Ahmadiyah memberi label idolanya itu ‘Nabi biasa’ yaitu Nabi tanpa syariat baru. Artinya kedua kaum ini sejatinya sama saja mengikuti syariat Nabi Muhammad saw. Perbedaan lainnya, kaum Syi’ah dalam posisi menunggu kedatangan Imam al-Mahdi yang juga Isa al-Masih itu, kaum Ahmadiyah meyakini al-Mahdi dan al-Masih itu sudah datang ialah Mirza Ghulam Ahmad itu. Soal terkahir ini biar kudengar nanti.

Namun, sebenarnya kurasa aneh juga kalau kaum NU, yang bagian dari Sunni, ikutan menuduh mereka ‘sesat’ dan ‘kafir’, karena di kalangan NU tumbuh berbagai aliran tarekat kesufian yang mengenal konsep orang-orang suci yang mereka sebut Wali, yang sering juga mengalami mimpi-mimpi ajaib bahkan mengaku bertemu Nabi Muhammad di dalam mimpi. Namun kupahami bila pelabelan ‘sesat’ dan ‘kafir’ itu muncul di forum Liga Islam Dunia bermarkas di Saudi Arabia yang resminya menganut paham Wahhabi, yang tidak menyukai pola keagamaan ala sufi atau tarekat, atau konsep kewalian yang berbau mistis itu. Maka kupahami apabila kaum Muhammadiyah menelurkan fatwa demikian tahun 1933. Pandangan kaum Salafi, di mana termasuk di situ Wahhabi, dan Persis serta Muhammadiyah berada di kelompok ini juga cenderung dinilai oleh kaum Syi’ah dan penganut sufi tarekat sebagai pandangan yang tekstualis, yang menuntut kemurnian dalam paham keagamaan, murni sebagaimana berlangsung di masa hidup Nabi. Mereka beragama dengan tampak saja alias 'zhahiriyyah' saja, padahal perlu juga secara 'bathiniyah' menyelam sampai ke makna di balik yang zhahir itu.  Tetapi di mata kaum Salafi, mereka adalah penganut pandangan agama yang mencampurbaurkan kepercayaan lokal bahkan sampai bernuansa syirik, khurafat dan bidah. Kesamaan lain kaum Syi’ah dengan Ahmadiyah ini, sama-sama menganut paham adanya konsep khilafat dalam Islam. Pada kenyataannya, di Iran berlangsung konsep itu namun karena Imam terakhir ‘menghilang’ dan bakal muncul suatu saat kelak nanti, dalam posisi menunggu ini yang menjalankan Khilafat itu adalah para Imam seperti Imam Khomeini dst. Jadi ada unsur futurism yang mistis di sini. Di lingkungan kaum Ahmadiyah, Khilafat itu tentu dimulai dengan Mirza Ghulam Ahmad, yang lalu generasi berikutnya dipilih dalam suatu pertemuan untuk itu, dan ini bedanya dari kaum Syi’ah, kaum Ahmadiyah tidaklah mengasumsikan imamnya dari kalangan Ahlil-Bayt.

“Menurut ajaran Al-Qur’an, sepeninggal nabi ummat Islam harus dipimpin oleh khalifah-khalifah yang dipilih dari antara orang-orang Islam yang paling tinggi keruhaniannya. Sesudah Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad a.s. Imam Mahdi, Masih Mau’ud wafat, dipilihlah Hadhrat Hakim Nuruddin r.a. sebagai Khalifatul Masih I. Berikutnya, dipilih Hadhrat Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad r.a. sebagai Khalifatul Masih II. Beliau ini adalah putera dari Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad a.s. Kemudian, dipilihlah Hadhrat Mirza Nasir Ahmad M.A.  sebagai Khalifatul Masih III. Lantas, yang dipilih: Hadhrat Mirza Tahir Ahmad sebagai Kalifatul Masih IV. Jika  Kalifatul Masih IV wafat maka akan dipilih pula seorang lain untuk menjadi  Kalifatul Masih V karena khilafat harus tetap ada sampai hari kiamat.”   “ Tujuan didirkannya jemaat Ahmadiyah ialah, sebagaimana dikatakan oleh pendirinya, Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad a.s. : Menghidupkan agama dan menegakkan Syariat Islam.” “Untuk mencapai tujuan itu kami menyebarkan muballigh untuk mengajarkan Islam seluas–luasnya ke seluruh dunia dan memajukan pendidikan dan pengajaran Islam sebesar-besarnya di kalangan kaum Muslimin sendiri. Di luar negeri di Negara Eropa dan Amerika kami merintis pembangunan berbagai masjid dan pusat-pusat keislaman. Bahkan di negeri Fiji, hanya ada satu masjid, dan itu kami yang mendirikannya.”

Kaum Persis, Muhammadiyah dan sejenisnya mempercayai akan datangnya pembaharu yang mengenalkan pandangan-pandangan keagamaan yang memperbaiki paham yang ada, mereka menyebutnya ‘mujaddid’. Meskipun begitu mujaddid ini tidaklah dilekati sifat-sifat bernuansa kewalian, melainkan sifat kecendekiaan, ketinggian dan keluasan wawasan dalam keagamaan. Kaum Persis, Muhammadiyah juga meyakini akan datangnya Isa al-Masih di akhir zaman sebagai Imam Mahdi yang ditunggu-tunggu. Maka di sini kita melihat ada tiga pola sikap futurism yang berbeda, walaupun pada dasarnya basis argumennya hadis kedatangan Isa al-Masih, Dajjal atau Imam Mahdi yang sama juga.

SOLAT BERJAMAAH:

Usai dari perpustakaan, kami duduk mengobrol lagi di lobi. Oh ya, di lobi ini terpampang semboyan “Akan Kusampaikan dakwah sampai ke seluruh pelosok dunia” di atas peta dunia yang terpasang di dinding Timur di belakang punggung. Di depan mata ada ruang-ruang kantor-kantor, di atasnya ada tulisan ‘Dakwah Kepada Allah’…

Tidak berapa lama, beberapa orang berdatangan, baik dari pintu masuk lelaki maupun pintu perempuan. Oh sebentar lagi solat magrib. Tadinya sudah mau pamitan. Tetapi seiring perjalanan waktu, tibalah waktu magrib. Kupikir ini kesempatan menyaksikan bagaimana mereka melakukan solat. Aku naik lagi ke atas, masuk ke ruang solat. Kulihat beberapa orang melakukan tahiyatul-masjid. Aku juga melakukannya. Sementara itu terdengar seseorang tampil mengumandangkan adzan. Masyaallah. Aku yang dulunya muadzin, menyimak, ternyata pengucapannya (makhroj) baik sekali. Langgamnya khas lokal kita tapi bagus juga. Yang penting isi kalimat-kalimat adzannya sama dengan yang kita kenal, termasuk tentu saja ucapan syahadatain itu: “Asyhadu a(n)laa ilaaha illallaah !!!” “Asyhadu anna Muhammadar-Rasuulullaah!!!’ Gila. Sama persis. Tidak ada embel-embel lainnya. Gila. Padahal ada juga isyu, kaum Ahmadiyah punya syahadat tersendiri.

Maka kamipun mulai solat. Jamaahnya tidak banyak karena para santri-siswa sedang liburan itu. Yang hadir Cuma beberapa petugas kampus dan tetangga. Hanya dua saf saja. Ingin kuambil foto selagi solat, tetapi aku terlanjur masuk saf di belakang-kanan Imam solat. Seorang tampil sebagai imam solat, pakaiannya kemeja putih-bersih berpeci hitam. Persis penampilan seorang Persis atau Muhammadiyah. Kalau NU kebanyakan tampil dengan baju koko putih atau gamis panjang dan berpeci haji atau serban. Kusimak betul-betul. Tidak ada bisik-bisik baca password “usholli…..” seperti biasa dilantunkan kaum NU. Bahkan di kalangan NU ada yang berulang-ulang bertakbir sambil mencari posisi khusyu batin… Persislah dengan solatnya kaum Persis dan Muhammadiyah. Orang Jamaah Tabligh mengenal dua cara, yang ‘password’nya keras dan yang berbisik dalam hati. Lalu, imam langsung baca al-Fatihah. Berarti ucapan password ‘bismillahirrahmanirrahim’ di awalnya tidak dikeraskan (tidak zhahr) melainkan dibisikkan saja (sirr). Bacaan al-Fatihah- nya bagus sekali langgamnya dan pelafalannya. Yang menarik, setiba di ujung ayat: ‘walaa dhdhaaalliiiin’ mereka tidak meneriakkan ‘Aaminn’ melainkan Cuma berbisik dan sekejap, tidak panjang-panjang. Pada rakaat kedua juga nantinya begitu. Lalu disusul dengan bacaan surah as-Syamsu. Bacaannya lantang, fasih. Pada rakaat kedua bacaan surahnya al-Fil digabung dengan al-Lahab. Nah, antara dua surah ini bacaan  ‘bismillahirrahmanirrahim’ dikeraskan. Ternyata solat magribnya sama saja dengan yang kita kenal, tiga rakaat, dengan dua tasyahud. Gila, jadi apa yang beda?

Usai solat kusaksikan mereka berdzikir, persis seperti kaum Persis dan Muhammadiyah, mereka lakukan dengan diam-diam dan perorangan. Berbeda dengan cara dzikr kaum NU yang keras-keras dipimpin imam atau petugas lain, paket dzikr dan do’anya pun panjang. Kebiasaan ini terkadang kurasa mengganggu ketika rombongan masbuq, karena mengganggu fokus solat. Parahnya, kalau datang rombongan baru untuk solat jamaah karena bacaan imam seperti balapan dengan bacaan dzikr dan do’a yang keras itu. Bahkan banyak masjid kaum NU yang mengeluarkan bacaan-bacaan dan dzikr dan doa ke luar masjid melalui speakernya, yang bagi sebagian orang bisa menjadi gangguan, terutama bagi nonmuslim Lagi pula, mengapa harus diperdengarkan keras, sampai ke luar masjid, padahal kalau kita pikirkan sama-sekali tidak relevan.

PENGAJIAN HADIS USAI SOLAT MAGRIB:

Ketika akan pamitan, karena untuk pulang masih harus menempuh jarak amat jauh, bung Dildaar memberitahu, usai dzikir-do’a semua orang selesai biasa ada pengajian hadis. “Hm boleh juga…sampai tiba waktu Isya?” “Oh tidak Cuma 10-an menit…” “Oke …” Maka akupun duduk, siap menyimak. Ternyata yang tampil ialah sang imam tadi. Dan yang dibacakan, adalah hadis tentang bagaimana menangani urusan jenazah dan keutamaan mereka yang ikut melibatkan diri dalam penanganan itu. Betul, Cuma sekitar 10 menitan. Sesudah itulah orang-orang banyak menoleh kepadaku dan bersalaman, sambil bertanya “Dari mana nih…” Haha, memang aku orang asing di situ. Kuperkenalkan diri, juga kutanyakan beberapa nama. Lalu sang imampun mundur bergabung, dan begitu saja terbentuklah pola lingkaran kecil. Kami mulai mengobrol yang menjurus ke diskusi. Imam itu bernama Ust Ama Qomaruddin, asal Lombok rupanya. “Oh ustadz yang tadi dibacakan itu Riyadhlush-Shalihin?” “Ya”… Nah, kitab ini sering kita temukan dalam pengajian kaum Persis dan Muhammadiyah. Gila, dalam hal ini mereka sama saja dengan kaum Persis dan Muhammadiyah. Kaum Jamaah Tabligh menyukai baca Fadhilah Amal, juga kaum NU. “Wah selama solat tadi rupanya saya saja yang gak pake tutup kepala…” “Oh iya ya, pakailah, kami mengharuskan pakai peci atau tutup kepala lain…” Kuunjukkan topi yang kuletakkan di atas atas laptop. “Nah pake itu saja, tinggal balik ke belakang, oke”.  Hm dalam hal tutup kepala ini malah mereka dekat ke paham NU yang malah hamper mewajibkan memakai topi haji yang putih. Dalam hal ini justru kaum Persis dan Muhammadiyah amat longgar. Kalau kita melihat orang solat di masjid dengan baju biasa, bukan baju koko atau sejenisnya, dan tanpa peci atau tutup kepala seperti haji dan sejenisnya dapat dipastikan mereka itu kaum Persis atau Muhammadiyah.

DISKUSI SEBELUM SOLAT ISYA

---PERIHAL KENABIAN MIRZA GHULAM AHMAD:

Ustadz Qamaruddin menjelaskan pandangan Ahmadiyah. “Menurut sabda Nabi Muhammad saw. dalam Sahih Muslim, Isa yang akan diturunkan itu berpangkat Nabi, Sesuai dengan itu Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad a.s adalah nabi.” Menurut Al-Qur’an setiap nabi adalah rasul dan sebaliknya setiap rasul adalah nabi. Seoarang dikatakan nabi karena ia mendapat khabar ghaib dari Allah swt. yang mengatakan ia adalah ‘Nabi’. Dan ia disebutkan rasul karena diutus oleh Allah swt, kepada manusia. Selaras dengan itu Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad a.s, adalah nabi dan rasul”.

 “Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad a.s. ialah Imam Mahdi dan Almasihul Mau’ud  (al-Masih yang dijanjikan ). Nabi Muhammad saw. berjanji bahwa di akhir zaman akan datang Imam Mahdi dan Isa Almasih. Dalam hadis Nabi Muhammad saw, juga disebutkan bahwa Imam Mahdi dan Isa Almasih itu hanya satu orang juga dan orang itu dating dari ummat Islam sendiri. Sesuai dengan janji-janji Nabi Muhammad saw itu dan atas perintah Allah swt. Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad a.s mendakwakan diri beliau sebagai  Imam Mahdi dan Al-Masihul al-Mau’ud”.

“Nabi Isa dari Bani Israil, yang disebutkan dalam Al-Qur’an, hanya untuk Bani Israil saja. Beliau dipaku di palang salib oleh kaum Yahudi, tetapi tidak sampai mati, hanya pingsan. Sesudah sembuh beliau menyingkir dari Palestina ke daerah-daerah timur, di mana bertebaran sepuluh suku Israil lainnya. Akhirnya beliau sampai di Kashmir di mana beliau wafat dan dikuburkan di Khan Yar Street, Srinagar. Sampai kini kuburan itu masih ada”  Ooh dulu, aku yang penggila baca buku tentang Kristologi, sempat baca buku kecil 'Nabi Isa meninggal di Kashmir' kalau tidak salah tulisan Safi R. Batuah. Jadi beliau seorang Ahmadi rupanya.  “Menurut Al-Qur’an, nabi atau rasul ada dua macam : Pertama, ‘pembawa syariat baru’ seperti Nabi Muhammad saw. Kedua, ‘pengikut dan pelaksana syariat yang ada’, seperti nabi-nabi dalam Bani Israil  mulai dari nabi Harun a.s. sampai nabi Isa a.s. yang mengikut syriat Nabi Musa  a.s. Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad a.s tergolong dalam nabi atau rasul macam kedua, yaitu yang tidak membawa syariat baru dan hanya mengikuti dan menjalankan syariat  Nabi Muhammad saw, yaitu Islam. Ahmadiyah berpendapat, berdasar pada Al-Qur’an, bahwa mengangkat nabi-nabi adalah salah satu sunnah Tuhan. Siapa dan dimana nabi baru akan diutus, Tuhan sendiri yang mengetahuinya. Sunnah Tuhan itu senantiasa berlaku.”

“Kalau keadaan manusia sudah sangat kalut dan kedatangan seorang nabi dianggap perlu oleh Tuhan, maka Dia akan mengutus seorang nabi. Begitulah halnya sekarang. Karena di waktu ini manusia tidak mementingkan agama lagi, maka Tuhan telah mengutus Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad a.s. sebagai nabi.” “Begitu pula kalau nanti manusia jatuh kembali ke dalam kekacauan sehingga perlu pula kedatangan seorang nabi baru, maka Tuhan akan mengutus lagi seorang nabi baru. Begitulah seterusnya. Tetapi semua nabi itu hanya akan menjalankan syariat Islam dan sebagai pembantu bagi Nabi Muhammad saw, seperti halnya dengan Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad a.s.” “Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad a.s, lahir di Qadian pada tanggal 13 Pebruari 1835. beliau hidup 73 tahun. Sesudah berjuang membela dan menyebarkan agama Islam, menerbitkan sekitar 84 buah buku, beliau wafat pada tanggal 26 Mei 1908 di Lahore dalam keadaan biasa dan dikuburkan di Qadian.”  Hm jadi kaum Ahmadiyah meyakini keberlangsungan pewahyuan, kedatangan nabi atau rasul berapa orangpun sampai kiamat nanti, walaupun tidak membawa syariat baru hanya mengikuti syariat bawaan Nabi Muhammad saw. Sebenarnya konsep ini bagiku juga bukanlah hal yang aneh. Kata kuncinya terletak pada kata 'wahyu'. bagaimana al-Qur'an menggunakan kata ini. Yang jelas ada kata kerja 'mewahyukan' yang diaplikasikan kepada hewan semacam lebah..."Ku-wahyukan kepada lebah agar membuat sarang...." (surah an-Nahl) tetapi terjemahannya justru bukan 'Ku-wahyukan' tetapi 'kuilhamkan', padahal kata 'ilham' senerikat oleh paham 'wahyu sudah berakhir, makadiri ada kemunculan di tempat lain...Hm harus kuburu nanti. Jadi perlu kuburu juga penggunaan kata kerja 'mewahyukan' pada ayat-ayat lain, yang karena penerjemah masa lalu terikat oleh pendapat bahwa 'pewahyuan sudah berakhir pada diri Muhammad saw' lalu menerjemahkannya ke kata lain, dalam contoh lebah tadi 'kuilhamkan'....

“Menurut kepercayaan Ahmadiyah, berdasarkan ajaran Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad a.s. sendiri, Nabi yang mempunyai kalimat Syahadat hanya Nabi Muhammad saw saja, itulah salah satu keunggulan beliau dibanding dengan seluruh nabi-nabi lain. Selain beliau tak ada nabi lain  yang mempunyai  kalimat syahadat. Di kalangan ummat Islam ada pendapat – pendapat bahwa beberapa  nabi mempunyai pula syahadat. Ahnadiyah menentang pendapat ini. Menurut Ahmadiyah semua nabi lainnya, baik yang dulu maupun yang kemudian, tidak dan tidak akan mempunyai kalimat syahadat sendiri. Jadi,  Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad  tidak mempunyai kalimat syahadat sendiri. Kalimat syahadat beliau ialah kalimat Syahadat Nabi Muhammad saw.”

“Kadangkala ada pertanyaan tentang keimanan Ahmadiyah. Sama saja, kami mempercayai sepenuh-penuhnya rukun iman yang enam : Percaya pada Allah, Percaya pada Malaikat, Percaya pada kitab-kitab Suci, Percaya pada Nabi-Nabi, Percaya pada hari Kiamat, Percaya pada Qada dan Qadar.” “Seluruh rukun Islam yang lima: Syahadat, shalat, puasa, zakat, dan haji dijalankan oleh orang–orang Ahmadiyah. Orang-orang Ahmadiyah yang sanggup diwajibkan pergi haji ke Mekkah. Kalau solat, kami juga berkiblat ke Ka’bah di Makkah.” “Oh kami naik haji juga ke Mekkah. Bukankah para Khalifah kami juga semuanya haji.”  Tapi tidak kukembangkan pertanyaan tentang larangan naik haji oleh pemerintah Saudi Arabia. Toh aku tahu dari buku-buku yang mereka tulis, penulisnya bertitel Haji. Yang kukenal penulis dari kalangan Ahmadiyah misalnya H. Syafii A. Batuah.Ustadz atau H. Saleh A. Nahdi, dsb. Penulis ‘Perlukah al-Qur’an diturunkan”, juga Mirza H. Bashiruddin Ahmad.”

“Salah satu pendapat yang ditentang keras oleh Ahmadiyah ialah pendapat nasikh dan mansukh. Menurut pendapat umum diantara ayat-ayat Al-Qur-an ada yang membatalkan ( nasikh ) ayat-ayat lain dan ada ayat-ayat yang dibatalkan ( mansukh ). Menurut Ahmadiyah tak ada ayat Al-Qur-an yang dibatalkan dan seluruh ayat tetap berlaku, baik tentang bentuk maupun tentang hukumnya.” Dalam hal pendapat nasikh-mansukh ini tampaknya kyai Husein Muhammad dari Cirebon memiliki pandangan yang sama: tidak ada nasikh-mansukh dalam ayat-ayat al-Qur’an.

---TIDAK BERPOLITIK :

Ustadz Qamaruddin menerangkan selanjutnya. “Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad a.s. tidak membawa kitab syariat baru. Kitab syariat beliau ialah Kitab Syariat Nabi Muhammad saw, sendiri yaitu Al-Qur’an Suci yang berisi 114 surah dan terbagi dalam 30 juz. “Salah satu keyakinan Ahmadiyah ialah bahwa Al-Qur-an tidak berubah dan tidak dapat diubah.  Malahan satu-satunya kitab suci diseluruh dunia yang tidak berubah isinya hanyalah Al-Qur-an Suci saja. Al-Qur-an Ahmadiyah tetap bermula dengan surah ‘Al-Faatihah’, berakhir dengan surah An- Naas. Karena itu Ahmaddiyah tidak mempunyai kitab lain selain Al-Qur-anul Hakim.”

Ustadz Qamaruddin menjelaskan soal posisi buku ‘Tadhkirah’ yang menghebohkan itu. “Ini himpunan pengalaman spiritual Mirza Ghulam Ahmad, di antaranya beberapa ayat yang dibacakan dalam mimpinya, lalu beliau tulis semuanya disertai pengalaman lainnya. Beliau sendiri tidak mengetahui ada kitab ini. Ketika semasa hidupnya ada usulan untuk membukukannya, juga beliau menolak takut menjadi fitnah. Tetapi sepeninggal beliau ada beberapa pengikutnya yang merasa perlu menghimpun semua pengalaman yang beliau tulis tersebar dalam 84 jilid buku, namun penghimpunan itu khusus pengalaman mimpi-mimpi yang beliau alami termasuk pengalaman gaib lainnya, dalam satu buku yaitu ‘Tadhkirah’. Dalam hal ini kaum Ahmadiyah Lahore tidak memiliki pemikiran itu, jadi mereka tidak punya buku ‘Tadhkirah’ itu karena mereka tidak menganggap penting. Memang ada kesalahan di antara penyusunnya yang menyatakan itu sebagai kitab suci, namun sebenarnya itu ungkapan ingin menghormati semua pengalaman beliau yang suci.”

Hmh ya, aku bisa memahami psikologi itu. Bukankah kaum Syi’ah juga sangat mengagungkan himpunan hadis yang bersumber dari mulut tokoh Ahlul-Bayt, terutama Ali bin Abi Thalib? Sampai-sampai posisi Ali bin Abi Thalib terkesan melebihi Nabi Muhammad sendiri. Aku maklum juga bagaimana cara kaum NU menghormati para kyai atau ulama sikap dan cara takzim (pengagungan) yang luar biasa itu. Atau juga bagaimana para murid tarekat kesufdian amat mengagungkan guru mursyidnya dengan sikap dan cara takzim yang luar biasa pula. Gila. Bagiku itu sih gejala psikologi yang sama saja. Basis argumennya ya sama saja. Dalam hal ini kaum Persis dan Muhammadiyah atau Wahhabi atau Salafy tampaknya jauh lebih rasional, mereka membenci sikap pengagungan individu berlebihan.

“Isyu mengenai Tadhkirah sebagai kitab suci Ahmadiyah itu cuma ada di Indonesia sini…” “Oh di Pakistan bagaimana?” “Tidak ada masalah itu”  “Lantas mengapa dikategorikan agama minoritas non-Islam?”  “Itu ada kisahnya. Kami dikhianati. Kami sebetulnya tidak berpolitik. Kala pemilihan umum, ada tokoh politisi bernama Zulfikar Ali Bhuto mencalonkan diri dan kampanye, yang pada suatu saat ternyata suaranya kurang dan mendatangi kami meminta suaranya diberikan kepada partainya. Kala itu posisinya imbang dengan lawan politik lainnya, dan suara kami menentukan dia kalah atau menang. Janjinya, apabila suara diberikan dan Ali Bhuto memenangkan pemilu, dia akan memberi perlindungan kepada jemaat Ahmadiyah. Dengan janji itu kami berikan suara, dan dia memenangkan pemilu. Tetapi kemudian dia pulalah yang menetapkanj Ahmadiyah sebagai minoritas non-Islam. Namun, kita lihat nasibnya kelak penuh malapetaka, sampai ke anak keturunannya juga. Dan malapetaka itu sudah teramalkan dalam mimpi Mirza Ghulam Ahmad yang tercatat dalam Tadhkirah. Kami meyakini banyak kasus-kasus serupa dalam Tadhkirah yang akan berulang kembali di masa-masa depan.”   Begitu kata Ustadz Qamaruddin. “Di Indonesia, kami mengalami berbagai serangan itu belakangan saja. Dan kita kemudian tahu peristiwa ini adalah politisasi, kita tahu siapa yang melakukannya". Mungkin maksudnya kelompok FPI atau FUI atau mereka yang mengancam pemerintah apabila tidak membubarkan Ahmadiyah mereka akan menggulingkan pemerintah SBY. Tetapi tidak kukembangkan pertanyaan berikutnya.

Walaupun begitu, aku sih punya pendapat sendiri. Begini, kaum Sunni juga sebenarnya tidak perlu murka seandainya ada juga upaya pembuatan kitab suci lain, sekalipun mencontoh al-Quran. Haha aneh? Yang aneh justru yang marah itu. Al-Qur'an sendiri menantang pembacanya, jinn atau manusia, apabila mampu untuk membikin kitab tandingan, bahkan meskipun cuma satu surah. Nah kalaulah ada kabar bahwa di kalangan Ahmadiyah ada kitab baru, suruh saja mereka menampilkannya. Begitu juga, ada isyu bahwa di kalangan Syi'ah ada al-Qur'an versi Fathimah. Demi kebenaran, sebaiknya tampilkan semua, agar nanti jelas di mana keunggulan al-Qur'an. Pesan penting yang ingin kupegang, mengingat ayat-ayat tantangan dalam al-Qur'an yang begitu terbuka, terbuka tidak membatasi zaman, terbuka tidak membatasi kepada kalangan tertentu, maka kita umat Islam harus siap menerima kemunculan itu apabila memang terjadi. Dan itu jangan diartikan mencela atau menghina al-Qur'an, justru sebaliknya akan merusak martabat si peniru itu sendiri, dan menambah keagungan al-Qur'an.

Yang terjadi justru menyedihkan. gara-gara emosi tidak terkendali, lalu terjadi penyerangan fisik ke madrasah ke masjid kaum Ahmadiyah, al-Qur'an yang sejatinya sama, kaum penyerang campakkan-rusakkan dengan semena-mena. Papan nama dan kaligrafi bertulisan kalimah thoyyibah mereka rusak tanpa membaca-meneliti terlebih dahulu  lebih cermat. Gerangan azab macam apa akan Allah berikan kepada mereka.

”Jemaat Ahmadiyah  sebagai organisasi tidak berpolitik. Jadi jemaat Ahmadiyah bukan partai politik. Jemaat Ahmadiyah tidak boleh berpolitik karena : Pertama, perjuangan Ahmadiyah bukan hanya satu segi saja tetapi melingkupi segala kehidupan, di dunia dan di akhirat. Kedua, Ahmadiyah bukan hanya terdapat dalam satu Negara saja melainkan meliputi seluruh dunia.” Tetapi orang–orang Ahmadiyah sebagai perseorangan  warga negara dapat melakukan tindakan politik atau memilih dalam pemilihan umum. Dengan sendirinya dalam melakukan hak pilih itu seorang Ahmadiyah itu akan mendasarkan tindakannya sesuai dengan ajaran Islam dan untuk kepentingan negara.”  Di sini aku teringat tuduhan bahwa Mirza Ghulam Ahmad itu antek kaki tangan Inggris. Di kala orang berjuang melawan penjajajahan Inggris beliau malah propenjajah. Kini aku paham bahwa masalahnya bukan berarti bahwa karena dia tidak berpolitik lalu beliau itui propenjajah atau lebih buruk lagi menjadi kaki tangan Inggris. Kalau hanya itu, artinya dalam hal pengambilan sikap organisasi misalnyai 'kooperatif' atau 'nonkooperatif'  di dalam sejarah Indonesia juga kita temukan sikap kooperatif Belanda yang ditunjukkan kaum Muhammadiyah pada masa awal berdirinya, apalagi motifnya hanya untuk menjamin perolehan bantuan dana pemerintah masa itu. Memang sikap kooperatif Muhammadiyah itu mengundang juga kritik. Tetapi tidak berarti Muhammadiyah buatan Belanda, atau kaki-tangan Belanda.

Ustadz Qomaruddin yang ternyata pernah sekitar 7 tahunan belajar di pusat Ahmadiyah di India, berkisah tentang perjuangan Mirza Ghulam Ahmad yang sudah sejak remaja menyukai pengkajian agama ketimbang mengurusi harta-kekayaan orangtuanya yang berlimpah seluas beberapa desa. Beliau berceritera juga tentang kasus-kasus mubahalah dengan orang-orang yang membencinya yang berakhir dengan malapetaka di pihak lawan. Kudengar semua sambil merefleksikannya ke bacaan tentang itu, dalam buku “Mirza Ghulam Ahmad dari Qadian” (Ian Adamson, Pustaka Marwa, 2010)

----DANA PERJUANGAN

 Ustadz Qamaruddin melanjutkan. “Tidak aneh soal ini, menurut Al-Qur-an tiap nabi dan rasul selalu minta pengorbanan besar dari para pengikutnya. Lihatlah para sahabat seperti Abu Bakar ra. Dkk.  Demikian pula untuk mencapai tujuan Ahmadiyah – penyaran Islam ke seluruh dunia – Hadhrat Imam Mahdi dan Masih Mau’ud a.s minta pengorbanan harta dan tenaga para pengikut Amadiyah. Setiap Ahmadi berjanji akan membayar iuran  bulanan berkisar dari 1/16 sampai 1/3 dari penghasilannya. Tapi juga, ia berjanji  membayar suatu jumlah tertentu sesukanya untuk setahun yang dapat dicicil. Iuran bentuk ini namanya iuran Tahrik Jadid. Di samping itu dimintakan iuran se- waktu-waktu untuk keperluan tertentu. Dengan aneka pengurbanan inilah kegiatan dakwah dijalankan oleh Ahmadiyah.”  "Apakah para anggota tidak merasakan berat kewajiban iuran seperti itu. Bukankah itu mirip dengan konsep persepuluhan dalam sistem iuran gereja Kristiani. "Ustadz Qamaruddin melanjutkan: " Sebenarnya sepertinya berat, tetapi anehnya gejalanya adalah para anggota justru kehidupan ekonominya membaik sejak menjadi anggota..."

Tiba waktu Isya. Seseorang tampil adzan. Ini kesempatan kedua kusimak adzan mereka. Ternyata sang muadzin itu langsung saja mengumandangkan adzan. Ini seperti muadzin kalangan Persis dan Muhammadiyah. Sering muadzin dari kalangan Nu menambah embel-embel bacaan berupa ayat tentang solawat, bahkan ada  lagi menambahkan bacaan solawat Nariyah. Tambahan-tambahan semacam ini yang dipandang kaum Persis dan Muhammadiyah sebagai bidah. Dalam hal ini lagi-lagi kaum Ahmadiyah seperti kaum Persis dan Muhammadiyah. Kali ini aku solat dengan topi yang kubalikkan arahnya ke belakang. Ustadz Qomaruddin tampil lagi sebagai imam. Bacaannya bagus. Kali ini surah yang beliau baca adalah do’anya Nabi Ibrahim yang berisi harapan agar Negara ini aman-tenteram dan diberkati dengan aneka macam buah-buahan…(Aku terharu mengingat segala perlakuan kaum buas-beringas, termasuk pemasungan hak-hak kemerdekaannya dengan SKB 3Menteri yang secara legalitas dan filsafat hukum sebenarnya melawan HAM, dan bahkan melawan semangat pluralism dan toleransi dalam al-Qur’an dan as-Sunnah…). Rakaat ke dua, surah lanjutannya, do’a berisi harapan kemuliaan bagi para anak-keturunan pada generasi-generasi berikut. (Hm ayat-ayat do’a yang sungguh relevan). Dan, akhirnya solat Isya selesai, sama dengan yang kiita kenal, 4 rakaat. Dua rakaat peryama dengan bacaan keras, ada tasyahud, lalu dua rakaat berikutnya tanpa bacaan keras, sunyi-senyap, semua terasa fokus, khusyu.

Akhirnya akupun pamitan. Oh, ternyata bung Dildaar menyediakan hidangan kecil: bubur kacang hijau dengan roti sekepal. Kunikmati itu sambil berseloroh, “Wah ini bubur kacang ijo Pondok Udik’? atau ‘bubur kacan ijo Ahmadiyah?” Bung Dildaar orang serius, hanya senyum saja. Lalu aku berjalan ke gerbang jaga di belakang ditejmani Ustadz Qomaruddin. Kuterima kembali KTP yang dititipkan di sekuriti. Lalu usai salaman dengan Ustadz Qoamaruddin kuucapkan salam kepada semua yang ada di sekitar situ. “Assalamu’alaykum”…dan kembalilah jawaban lengkap “Wa’alaykumussalam warahmatullah wabarokaatuhu!”.

RENUNGAN DI JALAN PULANG

Di perjalanan pulang,aku teringat obrolan lain di perpustakaan. "Jumlah kami sedikit sebenarnya, cuma sekitar 200,000~ 250,000 orang..."   "Oh lebih sedikit dari jemaatnya Persis..."  "Oh mereka berapa? "Hm gak tahu pasti, tapi mungkin sekitar 2 jutaan juga kurang..."  Itulah, populasi sedikit itu. Nampaknya penyebabnya ada beberapa faktor: Pertama, mungkin faktor paham kenabiannya tokoh bernama Mirza Ghulam Ahmad itu, yang jelas berbeda dengan paham yang umum diterima. Kedua, faktor etnisitas sang tokoh itu yang lebih kental nuansa India atau Persia, ketimbang Arab. Kita kenal tokoh Walisongo itu banyak yang berdarah Arab. Ketiga, persyaratan keanggotaan yang berat. Betul berat.

Kubuka prospectus atau liflet yang kuterima dari bung Dildaar tentang prosedur seseorang menjadi anggoat Jemaat Ahmadiyah. Aku membelalakkan mata. Gila, persyaratannya ketat sekali. Bahkan para anggota DPR yang konon menyusun kode etik, niscaya keberatan dalam memenuhi persyaratan itu. Memang, gila. Setahuku persyaratan masuk NU atau Muhammadiyah, dua organisasi besar kita, juga tidaklah seberat itu. Akupun merasakan betapa dahsyat dan beratnya persyaratan itu. Lihat saja, isinya selengkapnya kukutipkan di sini :

Orang yang masuk Ahmadiyah harus berjanji dengan hati yang jujur bahwa:

1. Di masa yang akan datang hingga masuk ke dalam kubur, senantiasa akan menjauhi syirik (mempersekutukan Allah Taala dengan sesuatu yang lain)

2. Senantiasa akan menghindarkan diri dari segala corak bohong, zina, pandangan birahi terhadap bukan muhrim, perbuatan fasiq, kejahatan, aniaya, khianat, mengadakan huru hara, dan memberontak: serta tidak akan di kalahkan oleh hawa nafsunya meskipun bagaimana juga dorongan terhadapnya. (Jadi, dalam hal tidak akan memberontak, sikap ini bukan hanya dalam konteks kooperatif dengan pemerintah jajahan Inggris dulu.)

3. Senantiasa akan mendirikan sembahyang lima waktu dengan tidak ada kecuali sesuai dengan perintah AllahTaala dan Rosul_Nya dengan sekuar tenaganya berikhtiar senantiasa akan mengerjakan sembahyang tahajjud (sholat tengan malam sesudah tidur, berlanjud hingga azan subuh) danmembaca salawat terhadap junjungan-Nya yang mulia Rasullah Muhammad saw, (perhatikan ini!) dan setiap saat akan membiasakan memohon ampun bagi dosa-dosa dan mengucapkan pujian dan sanjungan terhadap Allah Taala dengan mengingat kurnia-kurnia-Nya dengan hati yang penuh rasa cinta.

4. Tidak akan mendatangkan kesusahan apapun yang tidak pada tempatnya terhadap makhluk Allah seumunnya dan kaum Muslimin khususnya, karena dorongan hawa nafsu biar dengan lisan atau dengan tangan atau dengan cara apapun juga.  (perhatikan semangat pasifisme, sikap damai ini!)

5. Akan tetap setia terhadap Allah Taala dalam segala keadaan susah, ni'mat atau senang duka atau suka, ni'mat atau musibah: pendeknya akan ridha atas putusan Allah Taala dan senantiasa akan bersedia menerima segala kehinaan, kesusahan di dalam jalan Allah Taala ketika ditimpa suatu musibah bahkan akan terus melangkah ke muka.

6. Akan berhenti dari adat yang buruk dan dari menurutkan hawa nafsu dan betul-betul akan menjunjung perintah Qur-an Suci. (Perhatikan ini!)  Firmah Allah dan Rosul itu akan jadi pedoman baginya dalam tiap langkah.

7. Betul-betul akan meninggalkan takabbur dan sombong, akan hidup dengan merendah diri, beradat lemah lembut, berbudi pekerti yang halus dan sopan santun.

8. Akan menghargai agama,kehormatan agama dan mencintai Islam lebih dari pada jiwanya, harta bendanya, anak-anaknya dan dari segala yang dicintainya.

9. Akan selamanya menaruh belas kasihan terhadapmakhluk Allah seumumnya, dan sebisa-bisanya akan mendatangkan faedah kepada ummat manusia dengan kekuatan dan ni'mat yang dianugrahkan Allah Taala.

10. Akan mengikat tali persaudaraan dengan Masih Mau'ud a.s  semata mata karena Allah dengan pengakuan thaat dalam hal ma'ruf (segala hal yang baik) dan akan berdiri di atas perjanjian ini hingga mautnya. Dalam tali persaudaraan ini begitu tinggi hendaknya sehingga tidak akan diperoleh bandingannya, baik dalam ikatan persaudaraan dunia, maupun dalam kekeluargaan atau dalam segala macam hubungan antara hamba dengan tuannya.”

Akhirnya, tertulis sbb. : "Seseorang yang telah memeriksa segala pendakwaan Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad  a.s. Dan kemudian membenarkan harus menggabungkan diri pada jemaat yang beliau dirikan yaitu Jemaat Ahmadiyah Indonesia, ia harus melakukan baiat di tangan pemimpin Jemaat Ahmadiyah pada masanya (dewasa ini Khalifatul Masih IV  Hadhrat Mirza Tahir Ahmad atba). Baiaat  itu boleh pula di lakukan dengan perantara orang orang yang bertugas:  para Mubaliqh dan para pengurus Ahmadiyah. Baiaat (perjanjian) di lakukan secara lisan dan tulisan di  muka orang yang berwewenang itu, dan boleh pula hanya secara tulisan dengan mengisi formulir yang di tentukan untuk itu, kalau muballiqh dan pengurus jauh dari tempat orang yg akan baiaat."

PENUTUP:

Kini, setelah beberapa hari berlalu, usai kususun laporan sementara ini, aku teringat  tiga status yang kutulis dalam facebook:

“SERING karena semangat lalu org berlebihan, seperti status ini: ‘Menurut ulama sedunia, Ahmadiyah itu 'Kafir' lebih berat dari Kristen, Hindu, Budha, Katholik, dll.”. Hmm berapa sih jumlah orang ulama dari umat Islam yang sekitar 2 milyar-an orang ini ?... Kala Liga Islam Dunia (1974) bikin rekomendasi 'sesat', yg hadir cuma 200-an orang ulama, jadi cuma 'segelintir ulama'. Pembandingan tingkat kesesatan-kekafiran dengan agama lain pun tidak ada.  Berlebihan itu, buruk.”

“KONGRES AS dilanda isyu 'diskriminasi kepada kaum muslim yg minoritas'...Eits stop ribut, stop reaksi emosional...Yuuk mawas diri dulu, sudahkah mayoritas kita tulus-ikhlas-bersih-murni melepaskan sikap anti diskriminasi terhadap minoritas? Konon, sikap simetris: 'adil kpd pihak lain dan pihak diri sendiri' itu nilai luhur penting dalam al-Qur’an (QS.004:135) emosi benci pun tidak boleh menjadi penyebab ketidak-adilan (QS.005:008)”

“SEORANG pemudi cantik, berbulu mata lentik: “Gmn kabar Ahmadiyah?" “Kok tanya aku?” “Mereka sebaiknya terbuka kalo diajak dialog, membaur saja jika yakin aqidahnya sama kita. Banyak orang menilai mereka ngeyel, susah dibaca jalan pikirannya, tidak seperti faham/ pemikiran lain. Selalu menjengkelkan” ”Hm kalau emosi, berarti kamu tidak bisa kendali diri. Yakinilah agama/ keyakinanmu, apapun yang mereka lakukan, takkan menjadikanmu emosi...”...

Dan kini, dalam hati aku berkata: akankah bung Dildaar memenuhi janjinya: memberi tahu di mana bisa kubeli ‘al-Qur’an’ terbitan Yayasan Wisma Damai’, dan mau juga memberikan ‘Tadhkirah’ selain soft copy-nya ? Aku menunggu dengan penuh harap.

Kutulis tadi ini adalah ‘;laporan sementara’, karena masih ada beberapa pertanyaan yang harus kutemukan jawabannya, atau klarifikasinya, dan itu baru terjawab antara lain bila aku sudah baca ‘al-Qur’an’ terbitan Yayasan Wisma Damai’, dan  ‘Tadhkirah’ itu, secara lebih leluasa.

----

         Bagaimana? Bagus bukan tulisan ataupun penelitian beliau? Kalian pun harus meneliti sendiri untuk mencari kebenarannya. Saya pun ingin sekali pergi kesana juga untuk melihat langsung seperti apa yang dituliskan di penelitian ini. Mungkin nanti saat liburan semester ganjil, setelah ujian terakhir hari Selasa minggu ini. Apa ada seseorang yang ingin pergi meneliti bersama saya? Karena saya kurang begitu berani bepergian-bepergian jauh sendirian dengan kendaraan umum. Haha.
         Ok, sekian dari saya. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat, aamiin.

Friday, February 15, 2013

[Berita] Jemaat Ahmadiyah Dibina Oleh MUI

         15 - 02 - 2013
         11 : 37 PM




         Ok berita selanjutnya, berita terbaru hari ini :

http://www.beritasatu.com/nusantara/97143-jemaat-ahmadiyah-dibina-oleh-mui.html

----
Jemaat Ahmadiyah Jatibening tidak kendur semangat ataupun berkurang jumlahnya pascapelarangan kegiatan oleh pemerintah daerah.

Bekasi - Jemaat Ahmadiyah Jatibening, Pondok Gede, Kota Bekasi Jawa Barat, melakukan aktivitas seperti biasa pasca pelarangan oleh Pemkot Bekasi beberapa hari lalu.

"Kami tetap melakukan kegiatan seperti biasa, Sholat lima waktu dan Sholat Jumat di masjid kami. Tidak berpengaruh dengan pelarangan oleh Pemkot Bekasi," ujar Humas Ahmadiyah Jatibening, Deden Sudjana, Jumat (15/2).

Menurut Deden, Jemaat Ahmadiyah Jatibening tidak kendur semangat ataupun berkurang jumlahnya pascapelarangan kegiatan oleh pemerintah daerah.

Sementara itu, Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Bekasi berniat membentuk Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) di Masjid Al-Misbah, milik Jemaat Ahmadiyah Jatibening. Langkah ini sebagai salah satu upaya pembinaan bagi Jemaat Ahmadiyah.

Pembinaan dan pengarahan yang dilakukan oleh MUI selama ini adalah mengajak dialog dan berdiskusi. Namun, MUI Kota Bekasi mesti mengalah lantaran pihak Ahmadiyah terus bersikukuh untuk menggunakan khatib dan imam dari mereka bukan dari MUI.

Sekretaris Umum MUI Kota Bekasi, Sukandar Ghazali, menyatakan, sejak 2012 lalu sudah dilakukan dialog dan sholat Jumat bersama. "Kendala utama dalam pembinaan dan pengarahan Jemaat Ahmadiyah karena mereka sulit melepaskan keyakinan mereka. Di depan kami mereka setuju mengikuti imbauan MUI tapi di belakang kami mereka tetap saja menjalankan ajaran mereka. Ini kan aneh, seperti sandiwara," imbuh Sukandar Jumat (15/2).

MUI Kota Bekasi sudah melakukan langkah-langkah persuasif melalui dialog dan diskusi. Selain itu, secara perlahana-lahan MUI dan KUA setempat terus berupaya untuk mengadakan pengajian-pengajian di Masjid Al-Misbah dengan mengundang warga sekitar dan Jemaat  Ahmadiyah.

MUI Kota Bekasi juga akan merangsang pembentukan DKM di Masjid Al-Misbah. ''Ini sebagai upaya penyelamatan warga sekitar dari penyebaran paham Ahmadiyah. Intinya, MUI Kota Bekasi secara perlahan dan pendekatan persuasif akan mengendalikan Jemaat Ahmadiyah melalui pembinaan,'' ujarr Sukandar.

----


         Ada perkataan menarik yang ingin saya bahas disini. '... Namun, MUI Kota Bekasi mesti mengalah lantaran pihak Ahmadiyah terus bersikukuh untuk menggunakan khatib dan imam dari mereka bukan dari MUI.'. Jelas, tentu saja. Disana sudah ada jadwal Imam dan Khatib terlebih dahulu. Terlebih lagi, ada dalil soal itu. Kalian dapat lebih jelas membaca dan memahami dalilnya di situs ini :


http://www.mutiarahadits.com/06/54/75/tamu-menjadi-imam-shalat.htm

http://majalah-assunnah.com/index.php?option=com_content&view=article&id=273

http://fadhlihsan.wordpress.com/2011/06/16/yang-tidak-berhak-menjadi-imam-shalat/

         Saya sampaikan beberapa pointnya saja.

----

Hadits Abudaud 504

حَدَّثَنَا مُسْلِمُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ حَدَّثَنَا أَبَانُ عَنْ بُدَيْلٍ حَدَّثَنِي أَبُو عَطِيَّةَ مَوْلًى مِنَّا قَالَ كَانَ مَالِكُ بْنُ حُوَيْرِثٍ يَأْتِينَا إِلَى مُصَلَّانَا هَذَا فَأُقِيمَتْ الصَّلَاةُ فَقُلْنَا لَهُ تَقَدَّمْ فَصَلِّهْ فَقَالَ لَنَا قَدِّمُوا رَجُلًا مِنْكُمْ يُصَلِّي بِكُمْ وَسَأُحَدِّثُكُمْ لِمَ لَا أُصَلِّي بِكُمْ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ زَارَ قَوْمًا فَلَا يَؤُمَّهُمْ وَلْيَؤُمَّهُمْ رَجُلٌ مِنْهُمْ
Barangsiapa yg mengunjungi suatu kaum maka janganlah dia mengimami mereka, akan tetapi hendaklah yg mengimami mereka adl salah seorang dari mereka.

Abi Mas`ud Al Badri radhiyallâhu'anhu.
Rasûlullâh shallallâhu 'alaihi wasallam bersabda:
hadits
Yang (berhak) menjadi imam (suatu) kaum,
ialah yang paling pandai membaca Kitabullah. 
Jika mereka dalam bacaan sama, 
maka yang lebih mengetahui tentang sunnah. 
Jika mereka dalam sunnah sama,
maka yang lebih dahulu hijrah. 
Jika mereka dalam hijrah sama, 
maka yang lebih dahulu masuk Islam 
(dalam riwayat lain: umur). 
Dan janganlah seseorang menjadi imam terhadap yang lain 
di tempat kekuasaannya (dalam riwayat lain: di rumahnya). 
Dan janganlah duduk di tempat duduknya, 
kecuali seizinnya.[5]


Malik bin Al-Huwairits radhiyallahu ‘anhu, bahwa ia menceritakan: Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda:
“Barangsiapa yang datang berkunjung ke satu tempat, janganlah ia mengimami mereka. Hendaknya yang menjadi imam adalah salah seorang di antara mereka saja.”
----

         Sekarang kita pikirkan lagi, bagaimana bisa orang-orang itu menjadi Imam bagi jema'at Ahmadiyah, sedang mereka saja meng-'kafir'-kan jema'at Ahmadiyah? Dan dari hadits diatas pun sudah jelas perintah Rasulullah Muhammad SAW untuk lebih baik tidak menjadi Imam ditempat yang dikunjungi. Lantas kalian ingin menentang perintah Rasulullah SAW?
         Ok saya kira cukup pembahasan untuk berita ini. Semoga dapat bermanfaat bagi kita semua aamiin.

[Berita] Another - Pemkot Bekasi Segel Masjid Al Misbah

         15 - 02 - 2013
         09 : 10 PM




         Ok mari kita bahas lagi berita tentang penyegelan masjid Al-Misbah. Ini berita kemarin sih, tapi agak sedikit menarik untuk di bahas. Ok saya langsung copy paste saya tulisan dan urlnya ya :

----
http://www.pikiran-rakyat.com/node/223141


BEKASI, (PRLM).-Pemerintah Kota Bekasi menyegel Masjid Al Misbah di RT 1 RW 4 Kelurahan Jatibening Baru, Kecamatan Pondok Gede yang biasa dijadikan tempat ibadah umat Ahmadiyah, Kamis (14/2).

Penyegelan dilakukan karena jemaah Ahmadiyah dianggap melanggar sejumlah aturan yang berlaku dengan masih berkegiatan seperti biasa.

Sejak pagi, sejumlah aparat Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Bekasi dan personel Kepolisian Sektor Kota Pondok Gede telah bersiap melakukan penyegelan. Namun penyegelan baru dilakukan siangnya setelah perwakilan unsur pemerintah yang berwenang hadir di lokasi.

Pemasangan plang berwarna cokelat menandai penyegelan tersebut. Dalam plang tertulis "Larangan Aktivitas Jemaat Ahmadiyah di Kota Bekasi".

Adapun landasan pelarangan disertakan pula dalam plang tersebut, yakni Surat Keputusan Bersama Menteri Agama RI, Jaksa Agung RI, dan Menteri Dalam Negeri RI nomor 3 tahun 2008, Kep-033/AJA/6/2008 dan nomor 199 tahun 2008, Fatwa MUI nomor 11/MUNAS/VII/MUI/15 tahun 2005, Peraturan Gubernur Jawa Barat nomor 12 tahun 2011, Peraturan Wali Kota Bekasi nomor 40 tahun 2011.

Kepala Bidang Kewaspadaan Nasional Badan Kesatuan Bangsa, Politik, dan Perlindungan Masyarakat (Kesbangpolinmas) Kota Bekasi Asep Syarif Hidayat mengatakan aksi kali ini merupakan penegasan atas aturan-aturan yang sudah ada.

Penegasan dilakukan karena hingga saat ini di Masjid Al Misbah masih dilaksanakan sejumlah kegiatan umat Ahmadiyah. "Keputusan ini merupakan kesepakatan berbagai unsur setelah memantau kegiatan mereka sebelumnya," katanya.

Anggota Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Bekasi Nasrullah menambahkan, aktivitas umat Ahmadiyah, apa pun bentuknya, dilarang di wilayah hukum Kota Bekasi.

Selama ini masyarakat Kota Bekasi sudah sangat toleran dengan kehadiran mereka, tapi apa yang mereka perbuat dapat meresahkan masyarakat.

"Apa yang mereka jalankan jelas-jelas bertentangan dengan ajaran Islam. Jika mereka ingin tenang, jangan bawa embel-embel Islam dan daftarkan Ahmadiyah sebagai agama baru di negeri ini," katanya.

Sementara itu, juru bicara jemaat Ahmadiyah cabang Jatibening Deden Sujana mengatakan pihaknya menyesalkan penyegelan ini. Sebab dilakukan tanpa pemberitahuan resmi dari pemerintah.

"Kami juga menganggap penyegelan ini ilegal karena surat perintahnya tidak ditandatangani Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi. Dengan dukungan dari Komnas HAM, kami akan laporkan hal ini ke MA," katanya. (A-184/A-89)***

----

         Ok, mari kita bahas dari SKB 3 Menteri. Isinya seperti ini :

----

1. Memberi peringatan dan memerintahkan untuk semua warga negara untuk tidak menceritakan, menafsirkan suatu agama di Indonesia yang menyimpang sesuai UU No 1 PNPS 1965 tentang pencegahan penodaan agama.

2. Memberi peringatan dan memerintahkan bagi seluruh penganut, pengurus Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI) sepanjang menganut agama Islam agar menghentikan semua kegiatan yang tidak sesuai dengan penafsiran Agama Islam pada umumnya. Seperti pengakuaan adanya Nabi setelah Nabi Muhammad SAW.

3. Memberi peringatan dan memerintahkan kepada anggota atau pengurus JAI yang tidak mengindahkan peringatan tersebut dapat dikenani saksi sesuai peraturan perundangan.

4. Memberi peringatan dan memerintahkan semua warga negara menjaga dan memelihara kehidupan umat beragama dan tidak melakukan tindakan yang melanggar hukum terhadap penganut JAI.

5. Memberi peringatan dan memerintahkan kepada warga yang tidak mengindahkan peringatan dnan perintah dapat dikenakan sanksi sesuai perundangan yang berlaku.

6. Memerintahkan setiap pemerintah daerah agar melakukan pembinaan terhadap keputusan ini.

7. Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, 09 Juni 2008

----

         Ada pasal yang menarik menurut saya, pasal 2, 'Menghentikan semua kegiatan yang tidak sesuai dengan penafsiran Agama Islam pada umumnya. Seperti pengakuan adanya Nabi setelah Nabi Muhammad SAW'. Aneh sekali ya, ini seperti membatasi kebebasan berpendapat yang mana seharusnya menjadi hak asasi kita sebagai manusia. Maksudnya apa? Kita semua harus mengikuti penafsiran kalian saja? Tidak boleh menafsirkan selain penafsiran kalian? Jema'at Ahmadiyah juga punya dalil dalam menafsirkan, jangan anggap mereka hanya berandai-andai atau mengarang-ngarang penafsiran tanpa ada dasar yang jelas. Lalu soal pengakuan adanya Nabi setelah Nabi Muhammad SAW. Lho??? Lihat postingan saya tentang video di youtube sebelumnya. Bahwa ormas Nahdatul Ulama pun mengakui bahwa ada Nabi setelah Nabi Muhammad SAW. Yaitu Imam Mahdi, Isa yang dijanjikan. Sebenarnya menarik sekali ini pembahasan tentang ayat 'Khaataman Nabiyyin'. Tapi jujur saya masih belum mau membahas sama sekali mengenai ajaran Ahmadiyah. Karena saya nanti bisa di katakan ikut menyebarkan dan sebagainya. Disini saya hanya ingin meluruskan setiap berita-berita ataupun pandangan keliru yang telah mendarah daging kepada jema'at Ahmadiyah. Saya disini hanya ingin, kita semua sama-sama berpikir, sama-sama melihat. Siapa disini yang di dzalimi, dan siapa yang mendzalimi.
         Ok lanjut lalu pasal 4, perlu di indahkan atau di tekankan kembali itu. Pengrusakan-pengrusakan yang dilakukan oleh organisasi massa tertentu tanpa adanya perintah atau hukum yang mengatur, banyak sekali terjadi kepada jema'at Ahmadiyah.
         Lalu pada berita selanjutnya. 'Apa yang mereka jalankan jelas-jelas bertentangan dengan ajaran Islam. Jika mereka ingin tenang, jangan bawa embel-embel Islam dan daftarkan Ahmadiyah sebagai agama baru di negeri ini'. Ada-ada saja, bahkan bisa dikatakan bahwa kalau ada orang yang membentuk atau membuat agama baru setelah Islam adalah orang yang bodoh. Sudah jelas di Al-Qur'an :

----
“Sesungguhnya agama (yang haq) di sisi Allah adalah Islam.” (QS. Ali Imron 19)

“Pada hari ini telah Kusempurnakan untukmu agamamu, & telah Kucukupkan kepadamu nikmatKu & telah kuridhoi Islam itu sebagai agamamu.” (QS. Al Maidah 3)

----

         Saya rasa cukup sekian pembahasan mengenai berita ini, semoga dapat memberikan manfaat kepada kita semua aamiin.
       

[Berita] Laporan Situasi di Masjid Al-Misbah

         15 - 02 2013
         08 : 51 PM




         Ok langsung saja ya, kita bahas lagi berita terbaru mengenai penyegelan masjid Al-Misbah di Jatibening. Seperti post sebelumnya, nanti saya akan posting dan bahas lagi tiap-tiap berita tentang Penyegelan masjid tersebut. Ok post kali ini bertema tentang hasil survey atau pengecekan saya barusan langsung ke tempat kejadian yaitu masjid Al-Misbah di Jatibening. Jadi tadi saya sempat shalat Jum'at dan shalat Ashar disana. Memang pas awal mau shalat Jum'at sepanjang jalan menuju masjid sudah ramai polisi berjaga-jaga. Kondisinya terasa mencekam sekali, baru kali ini saya merasa seperti ini, ingin beribadah tapi kok sampai harus was-was diri seperti ini. Seperti jaman jahiliyyah saja. Ok langsung saja ke intinya, alhamdulillah ternyata tadi selesai shalat Jum'at tidak terjadi apa-apa. Dan saya langsung berangkat ke kampus setelah itu karena ada ujian jam setengah 2. Lalu setelah ujian saya datang lagi kesana kira-kira jam setengah 4an, saya terlambat Ashar berjama'ah disana jadi sampai sana saya shalat Ashar sendiri. Dan alhamdulillah juga tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan disana. Saat perjalanan menuju kesana sewaktu ashar itu memang polisi-polisi juga sudah tidak ada sih. Hanya tinggal 1 atau 2 orang saja mungkin untuk berjaga-jaga kirim laporan jika massa yang dikhawatirkan akan datang hari ini benar-benar jadi datang. Tapi sepertinya tidak, alhamdulillah. Dan semoga saja kedepan-kedepannya juga tidak akan terjadi kejadian-kejadian yang tidak diinginkan kepada jema'at Ahmadiyah ini, aamiin.

Thursday, February 14, 2013

[Berita] Penyegelan Masjid Al Misbah JAI

         15 - 02 - 2013
         00 : 02 AM



         Berikut gambar yang saya dapat dari twitter perkumpulan 6211 :




https://twitter.com/Perkumpulan6211/status/301938635115216897/photo/1





https://twitter.com/Perkumpulan6211/status/301959493804228608/photo/1


         Sudah disegel sepertinya masjidnya, tapi dengar-dengar kabar sekarang segelnya sudah dibuka lagi. Yah entahlah, yang pasti saya harus kesana besok. Entah akan ada acara jum'atan disana atau tidak. Dengar-dengar kabar juga akan ada FPI datang besok. Entahlah, saya hanya bisa datang sebentar sih karena jam setengah 2 siang besok ada ujian. Ya semoga tidak terjadi hal yang tidak diinginkan besok, aamiin.

Wednesday, February 13, 2013

[Berita] Disayangkan, Pemkot Bekasi Tunduk pada Ancaman Ormas


         14 - 02 - 2013
         01 : 42 PM





         Ini beritanya :

         http://www.beritasatu.com/nusantara/96825-disayangkan-pemkot-bekasi-tunduk-pada-ancaman-ormas.html

----
Jakarta - Jaringan Ahmadiyah Indonesia menyayangkan sikap Pemkot Kota Bekasi yang tunduk pada ancaman salah satu organisasi massa (ormas) terkait rencana penyegelan masjid warga Ahmadiyah di Jalan Pangrango Terusan Nomor 44 Kelurahan Jatibening, Kecamatan Pondok Gede, Kota Bekasi, Jawa Barat.

Pernyataan tersebut disampaikan Firdaus Mubarik dari Jaringan Ahmadiyah Indonesia ketika dihubungi, Kamis (14/2).

Pihaknya telah mendengar rencana pembukaan cabang baru dari ormas tertentu yang selama ini memang sering menyerang warga Ahmadiyah. Kalau sebelumnya mereka berada di bawah kendali cabang di Jakarta Timur, kini dibentuk cabang baru di Bekasi.

“Ada kabar mereka buka cabang baru. Kabarnya, sebelum atau sesudah peresmian, mereka akan datang untuk menuntut penutupan masjid dan penghentian aktivitas,” katanya.

Diakui, wali kota Bekasi telah mengeluarkan surat keputusan tentang pelarangan kegiatan Ahmadiyah di Bekasi pada 2011. Ketika itu masjid Al-Misbah sempat ditutup Satpol PP selama beberapa bulan. Tetapi kemudian, warga Ahmadiyah bisa kembali menggunakan masjid tersebut. “Kami menyayangkan sikap Pemkot Bekasi yang bereaksi berlebihan atas tuntutan dan ancaman ormas tersebut. Masjid ini satu-satunya masjid Ahmadiyah di Kota Bekasi. Masjid Ahmadiyah lainnya lebih banyak di Kabupaten Bekasi,” kata Firdaus.

Sementara itu, imam masjid Ahmadiyah, Rahmat Rahmadiyah menyatakan dirinya mendapat informasi dari Polres Bekasi tentang rencana penyegelan masjid. “Intel polisi bilang, penutupan karena ada pembentukan ormas tertentu di Pondok Gede. Kantornya tidak jauh dari masjid kami,” katanya.

Dikatakan, selama ini masjid tersebut hanya digunakan untuk beribadah. “Sebenarnya apa kaitan kami dengan cabang ormas yang baru didirikan? Silakan saja mereka berdiri, selama saling menghormati dan menghargai. Kalau disegel, kami akan buka lagi setelah Jumat. Penyegelan harus dilakukan atas perintah pengadilan,” tegasnya.

----

         Apa-apaan ini? Jika benar karena itu, lantas apa hubungannya dengan mereka buka cabang baru di Bekasi? Benar-benar aneh !!!

[Berita] Wali Kota Bekasi: Masjid Ahmadiyah Tak Disegel, Kegiatannya Dilarang

         14 - 02 - 2013
         01 : 42 PM





         Berikut beritanya :

http://www.beritasatu.com/nusantara/96811-wali-kota-bekasi-masjid-ahmadiyah-tak-disegel-kegiatannya-dilarang.html

----
Jakarta – Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi menegaskan pihaknya tidak akan menyegel masjid milik warga Ahmadiyah di Jalan Pangrango Terusan Nomor 44 Kelurahan Jatibening Kecamatan Pondok Gede Kota Bekasi Jawa Barat. Pihaknya hanya melarang kegiatan warga Ahmadiyah di sana.

“Mana ada masjid disegel, tidak mungkin masjid disegel. Anda dengar dari mana? Yang ada larangan terhadap kegiatannya. Ajarannya itu mesti diluruskan,” kata Rahmat yang dihubungi Kamis (14/2).

Dikatakan, larangan terhadap kegiatan Ahmadiyah tertuang dalam peraturan gubernur dan peratuan wali kota Bekasi. Tujuannya, menjaga kehidupan bermasyarakat agar kondusif. “Mereka boleh salat seperti biasa, tapi tentunya sesuai syariat yang ada. Kalau di luar itu, pemerintah kota larang, karena kita juga berpayung pada peraturan untuk menjaga kota agar kondusif,” katanya.

Ketika disinggung bawah pelarangan tersebut terkait pembukaan cabang baru salah satu organisasi massa, Rahmat hanya menyatakan pelarangan itu sudah lama dilakukan.

Sementara itu, Kasat Intel Polres Bekasi, Kompol Rully Indra menyatakan penyegelan masjid belum terjadi. “Yang akan melakukan penyegelan itu rencananya Satpol PP. Itu belum berlangsung. Monggo ke lokasi karena saya tidak berkapasitas untuk bicara. Itu kompetensi pemda. Kita hanya melakukan pengamanan terhadap aktivitas hari ini,” ujarnya.

----

         Apa yang salah? Kegiatan seperti apa sebenarnya yang dilarang?  Jema'at Ahmadiyah disana tidak ada melakukan kegiatan aneh-aneh / macem-macem kok. Tidak disegel? Ok let's see.

[Berita] Masjid Ahmadiyah di Bekasi Terancam Ditutup

         14 - 02 - 2013
         01 : 13 PM




         Ok, langsung saja ya. Karena ini beritanya masih anget, masih baru banget jam 11 tadi keluar. Anda dapat melihat beritanya disini :

http://www.beritasatu.com/nasional/96802-masjid-ahmadiyah-di-bekasi-terancam-ditutup.html

----
Bekasi - Ratusan warga Ahmadiyah Jemaah Masjid Al-Misbah yang berlokasi di Jalan Pangrango Terusan Nomor 44 Kelurahan Jatibening, Kecamatan Pondok Gede, Kota Bekasi, Jawa Barat, terancam tidak dapat melakukan kegiatan beragama karena masjid mereka segera ditutup Pemerintah Kota Bekasi.

Sejak Kamis (14/2) pagi, puluhan aparat keamanan telah bersiaga di lokasi, di luar pagar masjid. Sementara, di dalam pagar telah berkumpul puluhan warga Ahmadiyah.

“Masjid kami sudah berdiri sejak 1980. Sejak saat itu hingga sekarang, hubungan kami dengan RT/RW hingga kecamatan lancar dan baik-baik saja. Begitu juga hubungan kami dengan aparat keamanan, masih terjalin baik,” ujar humas Jamaah Masjid Al-Misbah, Deden Sudjana, Kamis (14/2).

Menurut Deden, penutupan ini diduga sebagai pra-reaksi atas ancaman organisasi massa tertentu untuk yang datang besok, Jumat (15/2). “Tempat kami ini hanya untuk salat lima waktu, pengajian, dan kegiatan agama saja, setelah itu tempat ini kosong, tidak ada kegiatan apa pun,” sambung Deden.

Deden menuturkan area masjid hanya sekitar 400 meter persegi. Di sebelah masjid terdapat rumah misi, yakni kediaman imam masjid, Rahmat Rahmadi Jaya.

Sementara itu, salah satu petugas Satpol PP Kota Bekasi yang tidak mau disebut namanya mengatakan pihaknya masih menunggu keputusan Kesbangpolinmas Kota Bekasi untuk menutup masjid tersebut.

----


         Sangat disayangkan sekali, masjid Al-Misbah di jatibening, tempat saya biasa shalat jum'at rencananya mau ditutup hari ini. Entah karena apa saya juga tidak begitu tahu, padahal baru 1 minggu kemarin saya absen tidak shalat jum'at disana. Sekarang tiba-tiba masjidnya mau ditutup, padahal sebelumnya tidak ada isu-isu mau ditutup, warga tidak senang, atau sebagainya. Malah yang saya tahu disana warganya, RT/RW nya welcome ke jem'at Ahmadiyah disana. Bahkan sebentar lagi mau ada kegiatan donor danar dan kompetisi olahraga bersama warga-warga disana. Aneh sekali tiba-tiba sekarang mau ditutup. Saya baca di berita itu katanya besok mau ada organisasi massa tertentu yang akan datang, jadi untuk menghindari bentrokan masjid ini harus ditutup.
         Ya ampun, ada apa ini? Kenapa polisi, pihak-pihak berwenang, dsb malah bertindak seperti itu. Lihat dari warga sekitarnya, apakah memang jema'at Ahmadiyah disana meresahkan?

“Tempat kami ini hanya untuk salat lima waktu, pengajian, dan kegiatan agama saja, setelah itu tempat ini kosong, tidak ada kegiatan apa pun,” sambung Deden.

         Itu benar sekali, bahkan saya pun ketika sampai disana sangat menyayangkan sekali, tidak adanya kegiatan-kegiatan pengajian rutin, pembahasan-pembahasan, bedah buku, dsb seperti yang biasa banyak ada di masjid-masjid tiap minggunya. Bahkan sependengaran saya juga, masjid ini kalau dari luar terlihat seperti masjid tidak aktif, tidak ada pengeras suara sampai keluar. Adzan maupun khutbah jum'at pun sepertinya hanya terdengar di dalam saja, tidak sampai keluar. Miris sekali melihat keadaan ini, mereka beribadah seperti tertekan, sembunyi-sembunyi. Tapi bukan itu maksud saya, yang ingin saya tekankan disini adalah, apa yang salah dengan mereka? Apakah mereka mengganggu? Berisik dsb? Tidak kan? Lantas kenapa. Ya ampun, biarlah kuserahkan kepada Allah segala urusan, sesungguhnya Dia Yang Maha Melihat dan Maha Mengetahui, Dia-lah seadil-adilnya pemberi keputusan.

 Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika beliau bersabda dalam sebuah hadits,
بَدَأَ الْإِسْلَامُ غَرِيْبًا وَسَيَعُوْدُ كَمَا بَدَأَ غَرِيْبًا فَطُوْبَى لِلْغُرَبَاءِ
Islam muncul dalam keadaan asing, dan akan kembali (asing), sebagaimana ia muncul dalam keadaan asing. Maka beruntunglah orang-orang asing“. [HR. Muslim dalam Kitab Al-Iman (232)]

Nabi-shollallahu alaihi wasallam- bersabda,
مِنْ أَشْرَاطِ السَّاعَةِ : أَنْ يُرْفَعَ الْعِلْمُ وَ يُثْبَتَ الْجَهْلُ
Diantara tanda-tanda kiamat: Diangkatnya ilmu, dan kokohnya (banyaknya) kejahilan”. [HR. Al-Bukhoriy dalam Shohih-nya (80), dan Muslim dalam Shohih-nya (2671)]

 
Free Website TemplatesFreethemes4all.comFree CSS TemplatesFree Joomla TemplatesFree Blogger TemplatesFree Wordpress ThemesFree Wordpress Themes TemplatesFree CSS Templates dreamweaverSEO Design